kyuhyun's birthday raw copy

 

P.S. Typo’s Everywhere

 

Lantunan musik klasik yang di putar di salah satu salon kencantikan membuat beberapa pengunjung yang berada di tempat itu merasa tenang. Instrumen musik itu membuat beberapa saraf yang tegang menjadi lebih mengendur. Dan saat ini hal itulah yang sedang di rasakan Hye Hee.

Sore ini setelah ia selesai dengan jadwal kerjanya di rumah sakit, ia menyempatkan diri memanjakan kepalanya di salon kecantikan langganannya, namun sebelum itu ia harus menjemput putranya, Ji Hwon yang selalu ia titipkan pada orang tua Kyuhyun, setiap bocah itu pulang dari sekolahnya.

Bukan tanpa alasan ia menitipkan Ji Hwon pada orang tua Kyuhyun. Ia juga tidak terlalu suka merepotkan mertuanya, namun kedua orang tua Kyuhyun tidak mau jika cucunya terlalu lama dekat dengan pengasuh.

Dan juga mereka tidak terlalu suka kalau Hye Hee terlalu sering membawa Ji Hwon ke rumah sakit.

“Rumah sakit itu sarangnya penyakit. Tidak baik jika Ji Hwon sering berada disana.”

Itulah hal yang selalu di katakan ibu Kyuhyun jika ia terlalu sering membawa Ji Hwon ke rumah sakit. Dan Hye Hee tidak pernah mau membantah ucapan mertuanya, maka ia menuruti apapun yang mertuanya minta, selama itu untuk kebaikan Ji Hwon.

Pijatan di kepalanya membuat Hye Hee memejamkan matanya, rasanya seluruh ketegangan dalam kepalanya luruh karena pijatan itu.

“Sudah lama sekali kau tidak kemari.” Ujar Cha Ki Jun, pria pemilik salon kecantikan itu. Ki Jun memiliki kelembutan melebihi seorang wanita, tidak heran jika ia bisa melakukan pekerjaan wanita itu dengan begitu baik.

“Kau tahu aku tidak terlalu suka berada di tempat ini.” Jawab Hye Hee bergumam, matanya masih tertutup menikmati pijatan Ki Jun di kepalanya.

“Benar juga.” Tangan anggun pria itu bergerak lincah di bahu Hye Hee. Ia memijat bahu wanita itu dengan terampil. “Kalau di pikir-pikir, Kyuhyun lebih peduli pada penampilannya di bandingkan denganmu.”

Hye Hee membuka matanya dan menatap Ki Jun dari cermin besar di depannya. “Kyuhyun itu seorang artis.” Katanya tersenyum. “Wajar kalau dia lebih perhatian pada penampilannya di banding aku.”

“Tapi kau istri seorang artis terkenal.” Sahut Ki Jun. “Tidak ada salahnya kalau kau sedikit lebih perhatian dengan penampilan.” Katanya dengan menggunakan ujung jarinya sebagai perumpamaan.

“Aku selalu memerhatikan penampilanku.” Hye Hee mengikuti gerak-gerak tubuh Ki Jun yang bekerja di bahunya melalui cermin. “Hanya saja kalau terlalu sering kemari aku tidak akan sempat. Pekerjaanku banyak, belum lagi aku harus mengurus anak dan suamiku.”

“Benar juga.” Ki Jun bernapas pelan dan menggerakkan bahunya turun. “Omong-omong apa si tuan muda itu tidak punya pengasuhnya sendiri?” Kepala Ki Jun membelok ke kanan.

Gerakan Ki Jun segera di ikuti oleh Hye Hee. Ia melihat ke kanan, ke tempat Ji Hwon sedang menikmati layanan cuci rambut khusus untuk anak-anak. “Tidak. Dia tidak punya pengasuh. Sejak usia empat tahun aku berusaha mengurusnya sendiri dan tentu saja dengan bantuan mertuaku.”

“Kau beruntung memiliki mertua yang baik.”

“Untungnya begitu.” Kata Hye Hee yang di tambahi dengan senyuman lebar.

Potongan salah satu lagu milik Kyuhyun yang ia jadikan nada dering ponselnya, menginterupsi obrolan antara dirinya dan Ki Jun. Hye Hee mencari sejenak ponselnya di dalam tas, kemudian menjawab panggilan dari suaminya.

“Sayang, kalian dimana?” Nada manja milik Kyuhyun langsung memenuhi saluran telinganya.

Tidak bisa ia tahan, bibir Hye Hee langsung tersenyum begitu mendengar suara Kyuhyun. “Aku sedang di salon Ki Jun.” Kata Hye Hee memberitahu. Cukup mengatakan nama pemilik salon tersebut, dan Kyuhyun akan segera tahu, karena Kyuhyun juga selalu datang ke salon Ki Jun untuk merapikan penampilannya.

“Lalu Ji Hwon?” Tanya Kyuhyun.

Kepala Hye Hee kembali menengok ke kanan, Ji Hwon sedang bermain PSP dan kepalanya masih di penuhi oleh busa shampo.

“Tentu saja bersamaku. Ji Hwon sedang mencuci kepalanya.”

“Aahh…. Kenapa tidak bilang kalau kalian akan ke salon.” Suara kesal Kyuhyun terdengar. “Aku juga mau ikut.”

“Bagaimana kau akan ikut kalau kau sendiri belum pulang ke rumah?” Ujar Hye Hee.

“Aku sudah kembali.” Dengan cepat Kyuhyun menjawab.

“Kau serius? Kapan?” Tanya Hye Hee dengan nada terkejut spontan.

“Aku baru saja sampai di rumah. Aku kira kalian berdua sudah di rumah, ternyata kalian masih di luar rumah.” Nada suara Kyuhyun berat, penuh dengan kerinduan. “Apa aku perlu menyusul kalian kesana?”

“Tidak perlu.” Sergah Hye Hee “Aku dan Ji Hwon akan pulang sebentar lagi. Kau pasti lelah, beristirahatlah selagi menunggu kami pulang.”

Arraseo.” Sahut Kyuhyun. Ia juga merasa sangat lelah, dan butuh meluruskan sejenak tubuhnya, sebelum ia menghabiskan waktu dengan anak dan istrinya nanti. “Jangan terlalu lama, aku meridukan dirimu dan Ji Hwon.”

“Iya sayang, begitu selesai aku dan Ji Hwon akan segera pulang. Kami juga merindukanmu.” Senyuman Hye Hee semakin mengembang. Mendengar kepulangan Kyuhyun membuat ia tidak bisa berhenti tersenyum. Sudah hampir dua minggu ia tidak bertemu Kyuhyun.

“Aku juga rindu masakanmu.” Gumam Kyuhyun.

“Aku akan memasakkan makan malam untukmu.” Janji Hye Hee dengan semangat. “Sekarang tutup teleponnya dan beristirahatlah. Satu jam lagi kita bertemu di rumah.”

“Eoh.” Kyuhyun mengangguk senang. “Aku mencintaimu, dan Ji Hwon juga.”

“Aku juga sayang.” Kecupan singkat menjadi penutup panggilan mereka. Hye Hee menatap layar ponselnya penuh suka cita, seolah-olah ia baru saja mendapatkan ponsel baru.

“Benar-benar membuat iri.” Ki Jun menggerutu kecil, setelah mendengar obrolan singkat Hye Hee dengan Kyuhyun di telepon.

Hye Hee hanya menanggapinya dengan senyuman.

“Ayo kita cuci rambutmu, lalu aku akan memotongnya dengan model yang lebih bagus, agar suamimu semakin terpesona padamu.” Ki Jun menepuk bahu Hye Hee pelan, meminta wanita itu mengikuti petunjuknya yang di ikuti wanita itu dengan segara karena ia ingin segera pulang untuk bertemu suaminya.

 

 

 

***

 

 

 

Layar datar di hadapan Kyuhyun tidak bisa ia lepaskan dari tatapannya. Berulangkali ia memutar video yang di kirim Hye Hee saat malam ulang tahunnya. Video itu berisi ucapan selamat ulang tahun dari Ji Hwon dan Hye Hee.

Karena pekerjaannya, ia terpaksa melewatkan malam kelahirannya di negara yang baru pertama kali ia kunjungi, India. Dan ia juga melewatkan malam pertambahan usianya itu bersama teman-teman karibnya.

Look at here, and saying something to daddy.” Hye Hee mengarahkan kamera ponselnya tepat di hadapan dirinya dan Ji Hwon. Mereka berdua sedang terlentang di atas tempat tidur, dan menatap ponsel yang di pegang Hye Hee.

Appa annyeong.” Telapak tangan mungil Ji Hwon melambai ke kamera ponsel. Ia tersenyum malu-malu.

“Ya… Jangan begitu, ayo katakan dengan benar.” Hye Hee menarik tangan Ji Hwon yang menutupi wajah bocah itu.

Karena paksaan ibunya, Ji Hwon menarik telapak tangannya, dan menampilkan senyum malu-malu miliknya.

“Ayo katakan dengan benar.” Kamera ponselnya semakin Hye Hee dekatkan pada wajahnya dan Ji Hwon. Kepala mereka yang tadinya tidak begitu dekat, dengan sengaja ia rapatkan.

Daddy…. Happy Birthday…” Seru Ji Hwon lalu bertepuk tangan senang. “Saengil Chukkae, appa.” Ji Hwon bangkit lalu mencium layar ponsel Hye Hee.

“Selamat ulang tahun sayang.” Ganti Hye Hee yang mengucapkan selamat. “Meskipun kami tidak bisa merayakannya bersamamu, tapi doa dan cinta kami berdua selalu bersamamu.”

Daddy I wish you always happy, and you can enjoy your birthday even without me and mommy.” Ji Hwon terkekeh geli menatap wajahnya sendiri yang ada di layar ponsel.

“Kami berdua mencintaimu.” Ujar Hye Hee setelah mencium kepala Ji Hwon di sampingnya. “Cepat pulang, karena kami merindukanmu.”

Daddy I miss you.” Bibir Ji Hwon mengerut kecil.

“Oh honey, you can’t showing your creepy face to daddy.” Hye Hee ikut mengerutkan dahi dan wajahnya. “Appa tidak akan suka dengan wajah itu.” Dengan jarinya Hye Hee menarik sudut bibir Ji Hwon. “Ayo tersenyum agar appa senang melihatnya.”

Wajah ceria Ji Hwon segera kembali setelah Hye Hee memintanya. Ia tersenyum lagi ke layar ponsel. “Sorry dad, Aku janji tidak akan cemberut lagi.” Deretan gigi Ji Hwon ia tunjukkan dengan senang.

“Nah sekarang katakan sesuatu sebelum omma mengakhiri rekaman ini.” Perintah Hye Hee.

“Appa selamat ulang tahun, maaf kalau tadi aku cemberut, aku sudah berjanji tidak akan cemberut lagi ketika appa tidak ada.” Ji Hwon kembali tertawa dengan suara yang cukup kuat. Ia menggigit ujung jari telunjuknya sembari memikirkan kalimat terakhirnya. “Aku rindu appa, and I love you daddy…” Ji Hwon bangun lagi dan mengecup lagi layar ponsel Hye Hee. Lalu Hye Hee dan Ji Hwon melambaikan tangan mereka bersama, dan video itupun berakhir.

I love you too son.” Ucapan itu spontan keluar dari mulut Kyuhyun begitu ia selesai melihat kembali video ucapan ulang tahun dari anak dan istrinya.

Entah sudah berapa kali ia memutar video itu, tetap saja selalu ada perasaan berbeda jika ia melihat video itu. Ia terlalu bahagia, meski hanya sebuah video.

Setelah puas melihat rekaman wajah rupawan anak dan istrinya, Kyuhyun meletakkan ponselnya ke atas meja di depan sofa tempat ia sedang merebahkan tubuhnya.. Ia punya waktu untuk tertidur sejenak sambil menunggu Hye Hee dan Ji Hwon yang akan pulang sebentar lagi. Perlahan Kyuhyun memejamkan matanya dan tertidur.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Begitu lift berdenting lalu di ikuti dengan pintunya yang terbuka, Ji Hwon langsung berlari menuju apartemen mereka, mengabaikan panggilan Hye Hee yang melarangnya untuk berlari.

“Ji Hwon-ah, jangan lari”

Namun Ji Hwon sama sekali tidak merespons, ia terus saja berlari hingga ia sampai lebih dulu di depan pintu apartemen.

“Omma pally.” Sambil mengibas-ngibaskan tangannya, Ji Hwon meminta ibunya untuk segera menyusul dirinya.

“Sebentar sayang, kau tidak sabaran sekali.” Tetap memoertahankan langkah tenangnya, Hye Hee sampai di depan pintu apartemen mereka.

“Aku mau bertemu dengan appa.” Ujar Ji Hwon tidak sabaran. Kepalanya mendongak pada papan kunci yang sedang di tekan Hye Hee.

Hye Hee mengacak gemas rambut Ji Hwon, “Dasar tidak sabaran.” Cibirnya geli melihat antusias Ji Hwon yang sangat ingin bertemu dengan Kyuhyun.

Begitu bunyik klik terdengar Ji Hwon segera mendorong pintu apartemen, dan berlari masuk sambil berteriak.

“Appa…. appa…. appa….” Tanpa membuka sepatunya Ji Hwon berlari menyusuri isi apartemen dan berhenti ketika ia menemukan sosok ayahnya sedang berselonjor di sofa depan televisi.

Mendengar suara Ji hwon yang memanggilnya, membuat Kyuhyun segera menegakkan tubuhnya, lalu melebarkan tangannya untuk menyambut Ji Hwon yang berlari ke arahnya.

“Appaa…..” Teriak Ji Hwon sembari berlari ke arah ayahnya, lalu menjatuhkan tubuh mungilnya ke pangkuan Kyuhyun.

Begitu merasakan Ji Hwon di pelukannya, Kyuhyun langsung mengangkat tubuh mungil bocah itu dan memeluknya erat.

“Kau merindukan apa eoh?” Gumam Kyuhyun, tangannya membelai rambut hitam Ji Hwon.

“Eum.” Jawab Ji Hwon sambil menganggukkan kepalanya bersemangat.

“Appa juga,” Kyuhyun menarik wajah Ji Hwon, lalu menciumi pipi bocah itu gemas, “Appa poppo?”

Ji Hwon tersenyum lalu dengan segera melayangkan ciuman singkatnya di bibir Kyuhyun dan setelah itu keduanya tertawa.

Menyaksikan kedua prianya saling melepas rindu membuat Hye Hee tersenyum tanpa ia sadari. Ia hanya berdiri di ujung lain sofa dan memerhatikan bagaimana interaksi antara Kyuhyun dan Ji Hwon yang mampu membuat ia bahagia.

“Omma juga mau ciumannya.” Hye Hee bergerak mendekati Kyuhyun dan Ji Hwon, lalu duduk di sebelah kiri Kyuhyun.

“Kau akan mendapat lebih nyonya.” Bisik Kyuhyun pelan di telinga Hye Hee, “Tapi nanti.” Tambahnya lalu mengerlingkan matanya nakal.

“Aku sudah mencium omma tadi, sekarang giliran appa.” Ji Hwon memperbaiki posisi duduknya di pangkuan Kyuhyun, hingga ia bisa menghadap Hye Hee.

“Jadi tidak ada yang mau menciumku?” Tanya Hye hee dengan salah satu alis terangkat.

“Tentu saja kami mau.” Ujar Kyuhyun dan Ji Hwon serempak, lalu mencium pipi Hye Hee secara bersamaan.

Hye Hee tersenyum lebar begitu menerima ciuman dari anak dan suaminya.Tanpa sengaja  Hye Hee menggenggam tangan Kyuhyun sedikit kuat, lalu melirik pria itu dengan dahi berkerut.

“Gwenchana.” Memahami arti tatapan istrinya, Kyuhyun berujar tanpa suara.

“Appa kenapa lama sekali baru pulang?”

Pertanyaan Ji Hwon membuat kontak mata antara Kyuhyun dan Hye Hee terlepas. Pria itu berbalik menatap putranya.

“Pekerjaan appa banyak sekali.” Kyuhyun mengacak rambut Ji Hwon. “Appa mianhe. Sekarang appa sudah pulang, kita bisa bermain bersama.”

“Aiishh rambutku baru selesai di creambath.” Ji Hwon menggerutu, sambil berusaha memperbaiki tatanan rambutnya, namun Kyuhyun kembali mengacak rambut bocah itu dengan gemas. “Appa……!!” Teriak Ji Hwon kencang karena kesal.

Teriakan Ji Hwon menjadi sumber tawa untuk Kyuhyun. Pria itu tertawa senang setelah berhasil membuat putranya kesal.

“Heiii…. Cho Ji Hwon, berapa kali omma bilang tidak boleh berteriak pada orang tua.” Hye Hee menyentil ujung hidung Ji Hwon. “Apalagi pada appa, kau tidak boleh berteriak seperti itu.” Ujarnya menasehati dengan kelembutan.

Bibir Ji Hwon memberengut, di ikuti dengan kerutan kedua alisnya.

“Sekarang ayo minta maaf pada appa.” Suruh Hye Hee. Ia memang selalu mengajarkan betapa pentingnya sopan santun pada putranya. Ia selalu memberikan contoh pada Ji Hwon, untuk selalu meminta maaf setelah melakukan kesalahan.

Mianhe appa.” Menuruti ucapan ibunya Ji Hwon langsung meminta maaf pada Kyuhyun, dengan ciri khasnya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

“Anak pintar.” Senyuman bangga tertera di wajah Kyuhyun, “Appa juga salah karena sudah mengacak rambutmu. Appa minta maaf juga ya.”

Kepala Ji Hwon mengangguk pelan.

Baru saja berbaikan Kyuhyun kembali memancing keributan dengan kembali mengacak rambut bocah itu, namun kali ini Ji Hwon tidak berani berteriak. Ia mendengus kesal, dan meminta pertolongan pada Hye Hee dengan sorot matanya.

Omma… lihat appa duluan yang menggangguku.” Ji Hwon mengadu sambil bergerak gelisah di pangkuan Kyuhyun.

Bukannya berhenti mengganggu Ji Hwon, Kyuhyun semakin bersemangat mengacak rambut bocah itu, lalu jari-jarinya berpindah menggelitik tubuh bocah itu, sambil menciumi seluruh wajah bocah itu. Membuat Ji Hwon menggeliat ingin lepas dari pangkuannya karena kesal.

Jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa Hye Hee lakukan selalin menarik napasnya dalam. Ia menyela juga tidak akan ada gunanya. Karena percuma saja ia melarang Kyuhyun, karena setelah itu Ji Hwon yang akan mengganggu Kyuhyun.

“Daripada kalian berdua bertengkar terus seperti ini, lebih baik sekarang kalian berdua mandi, lalu omma akan buatkan makan malam untuk kita.” Perintah Hye Hee.

“Nah ide yang bagus.” Kyuhyun menyetujui. “Appa sudah lapar, kau tidak lapar?” Tanyanya pada Ji Hwon.

“Eum…. sedikit.” Jawab Ji Hwon berpura-pura tidak acuh. “Tapi omma kalau aku mandi rambutku akan basah. Rambutku kan baru saja di tata dengan bagus.”  Ujarnya dengan menyeka rambutnya yang baru saja di potong.

Bola mata Hye Hee berputar jengah. Semakin lama sifat percaya diri Ji Hwon semakin berbahaya untuknya, karena bocah itu terlalu peduli dengan penampilan.

“Kau bisa menutupnya dengan shower cap sayang.” Kata Hye Hee akhirnya.

“Tidak bisa.” Sergah Kyuhyun. “Sore ini kita mandi bersama, jadi kau tidak bisa menutup rambutmu dengan shower cap, karena appa akan mencuci kembali rambutmu.”

“Tapi kenapa?” Protes Ji Hwon, kedua tangannya refleks menutupi rambutnya.

“Kita cuci rambut bersama.” Kata Kyuhyun dengan senyuman miringnya, lalu menggendong Ji Hwon masuk ke dalam kamarnya dan Hye Hee.

Teriakan protes Ji Hwon memenuhi isi apartemen mereka, hingga Hye Hee harus berteriak lebih keras untuk memberitahu peralatan mandi yang belum sempat ia susun.

“Kyu sabun mandimu masih di dalam lemari kaca, begitu juga dengan sabun dan shampoo Ji Hwon.” Ujarnya berteriak. “Selesai mandi biarkan saja sabun dan shampoo Ji Hwon di kamar mandi kita, aku sudah menyiapkan yang baru di kamar mandinya. Arraseo?”

Arra….” Kyuhyun balas berteriak dari dalam kamar mereka, di tengah-tengah teriakan protes Ji Hwon yang meminta di turunkan.

Sore ini begitu sempurna untuk Hye Hee. Kepulangan Kyuhyun dari pekerjaannya selama hampir dua minggu, interaksi Kyuhyun dan Ji Hwon yang membuat ia lelah, namun mampu membuat ia tersenyum seperti saat ini.

 

 

***

 

 

 

Selesai mandi Kyuhyun dan Ji Hwon langsung menuju meja makan, dimana makan malam mereka sudah menanti. Kyuhyun menarikkan kursi untuk Ji Hwon, lalu setelah bocah itu duduk nyaman di kursinya, iamenarik sebuahkursi untuk dirinya sendiri.

“Kalian tahu, waktu yang kalian butuhkan untuk mandi sama dengan waktu yang aku butuhkan untuk membuat semua masakan ini.” Ujar Hye Hee masih menata makanan yang ia bawa dari dapur ke atas meja makan.

Sindirian Hye Hee tidak berarti apa-apa untuk Kyuhyun dan Ji Hwon, mereka hanya tersenyum sambil menunjukkan deretan gigi, lalu berpaling pada menu makan malam mereka.

Di meja makan Hye Hee sudah menyiapkan sup jamur yang di campur dengan tahu dan potongan ayam, lalu udang goreng yang di balut dengan tepung kemudian di siram dengan saus manis, dan yang terakhir telur gulung yang di lapisi dengan keju.

“Mari makan.” Kyuhyun menggosok-gosok tangannya tidak sabaran, lalu mengambil piringnya dan menyerahkannya pada Hye Hee.

Hye Hee menyendokkan nasi ke atas piring Kyuhyun lalu Ji Hwon.

Begitu mendapatkan nasinya Kyuhyun dan Ji Hwon secara bersamaan menyentuh sendok sup.

“Appa dulu.” Kata Kyuhyun.

“Tidak aku dulu.” Tukas Ji Hwon tidak mau mengalah.

“Appa yang lebih dulu memegang sendoknya.” Kyuhyun tetap bersikeras.

“Tidak aku dulu.” Ji Hwon mempertahankan genggamannya di sendok.

“Jangan bertengkar, atau aku akan membuang makanannya.” Ancam Hye Hee begitu Kyuhyun dan Ji Hwon beradu lebih dulu untuk mengambil makanan.

Mendengar ancaman Hye Hee, Kyuhyun dan Ji Hwon memberengut dan sama-sama melepaskan pegangan mereka di sendok sup. Sebagai penengah, Hye Hee kembali membantu kedua pria itu untuk mengambilkan  makanan mereka.

Makan malam itu berlangsung hening, karena Kyuhyun dan Ji Hwon begitu menikmati makan malam mereka. Kalau sudah berhubungan dengan makanan kedua pria itu akan tenang, asalkan keduanya mendapatkan bagian yang sama banyaknya.

Selesai makan malam Kyuhyun menemani Ji Hwon belajar, mengerjakan tugas sekolah bocah itu. Lalu setelah selesai dengan tugas sekolah Ji Hwon kedua pria itu bermain bersama. Saling mengganggu dan bercanda. Sedangkan Hye Hee selagi anak dan suaminya menghabiskan waktu bersama, ia meggunakan waktunya untuk membersihkan peralatan makan mereka, lalu membersihkan tubuhnya dan menanti sampai suara tangisan Ji Hwon terdengar atau suara teriakan Kyuhyun yang kalah sesuatu dari Ji Hwon.

Pukul setengah sepuluh malam Hye Hee menemui Kyuhyun dan Ji Hwon yang masih bermain balapan mobil di sirkuit balapan mobil milik Ji Hwon.

“Waktunya istirahat tuan-tuan.” Hye Hee memotong permainan kedua pria itu dengan membawakan Kyuhyun dan Ji Hwon minuman. “Minum susumu, lalu tidur. Sekarang sudah jamnya untuk tidur.” Hye Hee menyerahkan segelas susu cokelat untuk Ji Hwon. “Dan ini untuk appa.” Hye Hee menyerahkan segelas air hangat yang di campur madu dan kayu manis. Minuman yang Kyuhyun sukai.

“Gomawo omma.” Kata Kyuhyun dan Ji Hwon bersamaan, lalu meneguk minuman mereka sampai habis.

Selagi Kyuhyun dan Ji Hwon menghabiskan minuman mereka masing-masing, Hye Hee membereskan perlengkapan sekolah  Ji Hwon dan beberapa mainan yang masih berserakan.

“Ahhh….” Ji Hwon menjilat pinggiran bibirnya begitu susunya habis, lalu meletakkan gelas kosongnya ke atas nampan. “Sudah habis.”

“Anak pintar.” Kyuhyun membelai kepala Ji Hwon pelan.

“Sekarang gosok gigi lalu pergi tidur.” Perintah Hye Hee.

“Appa ayo kita gosok gigi.”

“Kajja.” Kyuhyun langsung bangkit lalu kedua pria itu berlalu menuju kamar mandi.

 

 

***

 

 

Setelah menidurkan Ji Hwon, Hye Hee kembali ke kamarnya dan Kyuhyun. Kyuhyun belum tertidur, pria itu duduk sambil menyandarkan kepalanya  ke kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.

“Kenapa belum tidur?” Tanya Hye Hee setelah mengunci pintu kamar mereka.

“Menunggumu.” Kyuhyun tersenyum, lalu menyuruh istrinya itu mendekat.

Hye Hee duduk di pinggir ranjang di samping Kyuhyun, lalu segera meletakkan tangannya di dahi Kyuhyun. “Aku sudah menduganya sejak tadi.” Ujarnya kesal. Sejak ia bersentuhan dengan Kyuhyun sore tadi ia sudah merasakan suhu tubuh Kyuhyun tidak dalam keadaan yang wajar. “Kau demam.”

“Aku baik-baik saja sayang.” Kyuhyun menurunkan tangan Hye Hee dari dahinya, lalu mengecup telapak tangan wanikta itu.

“Baik-baik apanya.” Bantah Hye Hee tidak suka. Ia bangkit menuju lemari tempat ia menyimpan peralatan medisnya, lalu kembali duduk di pinggir ranjang. “Seharusnya kau beristirahat sejak tadi.”

“Lalu membiarkan Ji Hwon kecewa karena aku tidak bisa bermain dengannya?” Kata Kyuhyun dengan nada bertanya.

Hye hee mengembuskan napasnya berat.

“Aku sangat merindukan kalian berdua. Jadi saat aku ada waktu untukmu dan Ji Hwon, aku ingin menggunakannya sebaik mungkin.”

Jarangnya waktu yang mereka punya membuat Kyuhyun sangat menghargai sedikit waktu yang ia punya untuk membahgaiankan anak dan istrinya. Meskipun tubuhnya tidak begitu sehat, asalkan ia bisa bersama anak dan istrinya, membuat ia menjadi lebih baik. Seperti yang ia lakukan sore ini, menghabiskan waktunya menganggu Ji Hwon membuat ia merasa senang.

“Kau bekerja terlalu keras akhir-akhir ini.” Gumam Hye Hee dengan mata memerah begitu tersentuh dengan ucapan Kyuhyun.

“Aku senang melakukannya.” Jawab Kyuhyun tertawa pelan.

“Aku tahu kau menyukainya, tapi tetap perhatikan kesehatanmu.” Hye Hee mendengus sebal. “Buka mulutmu.”

“Untuk apa?” Tanya Kyuhyun sambil memundurkan kepalanya.

“Buka saja. Aaa…” Hye Hee menyodorkan termometer ke depan mulut Kyuhyun, lalu memasukkan benda itu ke bawah lidah Kyuhyun.

Setelah itu ia memasang alat pengukur tekanan darah ke lengan Kyuhyun dan memeriksa tekanan darah pria itu. Tepat setelah ia selesai memeriksa tekanan darah Kyuhyun, termometer yang ia letakkan di dalam mulut pria itu berbunyi dan Hye Hee segera menariknya keluar.

“Lihat suhu tubuhmu 38.6 derajat.” Gumam Hye Hee setelah melihat angka yang ia dapat dari termometer digital miliknya. “Dan kau tahu tekanan darahmu menurun.”

“Aku baru mengetahuinya darimu.” Jawab Kyuhyun bercanda, memancing Hye Hee untuk tertawa, namun sepertinya wanita itu tidak terpengaruh dengan candaannya.

“Sekarang berbaring.” Suruh Hye Hee.

“Wahh.. nyonya kau sudah berani sekarang.” Kyuhyun berdecak kagum sambil membaringkan tubuhnya. “Apa yang akan kau lakukan padaku terlebih dahulu, kau akan menciumku, atau…”

Kesal dengan Kyuhyun yang tidak berhenti mengoceh hal-hal yang tidak penting, Hye Hee menutup mulut pria itu dengan telapak tangannya. “Berhenti mengatakan hal yang tidak penting.”

Mulut Kyuhyun segera tertutup rapat. Ia memerhatikan Hye Hee yang sedang menyentuh pergelangan tangannya dan kepala wanita itu melihat pada jam di atas nakas. “Apa yang kau lakukan?” Tanyanya ingin tahu.

“Menghitung denyut nadimu.” Jawab Hye Hee tanpa menoleh pada Kyuhyun.

Karena penasaran Kyuhyun mengangkat sedikit kepalanya, lalu mengganggu Hye Hee dengan menusuk-nusuk perut bagian samping wanita itu, dan dengan segera di tepis Hye Hee dengan kuat, membuat pria itu memberengut dan kembali menidurkan kepalanya ke atas bantal.

“Buka mulutmu.” Kembali Hye Hee memerintahkan pria itu untuk mengikuti intruksinya. “Keluarkan lidahnya juga.”

“Untuk apa?”

Hye Hee memelototkan matanya sambil berdesis menyuruh Kyuhyun untuk diam, dan pria itu hanya bisa pasrah menuruti perintah istrinya.

“Ikuti saja perintahku, ini tidak akan lama.” Kata Hye Hee mendekat pada wajah Kyuhyun. “Sudah selesai, sekarang kau bisa menutup kembali mulut cerewetmu ini.” Ujarnya lalu mengecup bibir Kyuhyun singkat.

“Sudah selesai?”

Hye Hee mengangguk, kemudian menggeleng. “Aku melupakan sesuatu. Ia mengambil penlight lalu mendekati wajah Kyuhyun. “Sebentar aku mau memeriksa matamu.” Hye Hee menurunkan kelopak mata bagian bawah milik Kyuhyun, lalu meneranginya dengan penlight. “Lihat kelopak matamu bahkan sangat pucat.” Gumamnya sedih.

Hye Hee mematikan penlightnya, lalu menyandarkan tubuhnya di atas tubuh Kyuhyun, menatap wajah letih Kyuhyun sambil membelai rambut pria itu. “Kau benar-benar butuh istirahat tuan.”

“Itulah alasan utama aku pulang ke rumah.” Telapak tangan Kyuhyun membungkus wajah Hye Hee.

“Kau demam, tekanan darahmu menurun, dan kantung matamu terlihat mengerikan.” Hye Hee menyusuri kantung mata Kyuhyun dengan ujung telunjuknya. “Kau seperti panda.”

Kyuhyun terkekeh geli. “Tapi kau mencintai panda ini bukan?”

“Sayangnya, ya aku mencintai panda ini.” Hye Hee menarik dirinya dari atas Kyuhyun. “Kau harus minum obat penurun demam dan vitamin penambah darah. Sebentar aku ambilkan.”

Kyuhyun bangkit dari tidurnya dan bersandar lagi di kepala ranjang. “Aku rasa tanpa obat aku akan segera sembuh jika dokternya secantik ini.” Goda Kyuhyun, menarik tangan Hye Hee saat wanita itu akan bergerak mengambil obat.

“Dan aku akan gila jika setiap hari merawat pasien cerewet seperti ini.” Balas Hye Hee tidak acuh, lalu melanjutkan langkahnya untuk mengambil obat.

Suara ketukan kamar mereka menahan langkah Hye Hee yang sudah dekat dengan lemari tempat ia menyimpan obat. Membatalkan niatnya mengambil obat, ia beralih membuka pintu kamar mereka dan menemui si pengetuk pintu yang tidak perlu di tanyakan lagi sudah pasti Ji Hwon.

“Kenapa belum tidur?” Tanya Hye Hee begitu ia membuka pintu kamar dan menemukan Ji Hwon dengan mata yang masih segar. “Bukankah tadi omma sudah membacakan cerita untukmu?” Sebelum meninggalkan kamar Ji Hwon Hye Hee yakin bahwa Ji Hwon sudah tertidur namun sekarang bocah itu muncul dengan wajah cerah tanpa kantuk.

“Aku mau tidur dengan appa.” Jawab Ji Hwon yang di akhiri dengan menampilkan cengiran lebarnya.

Hye Hee berjongkok di hadapan Ji Hwon, lalu merangkul bahu bocah itu. “Sayang sepertinya malam ini kau tidak bisa tidur dengan appa.” Hye Hee melirik ke belakang pada Kyuhyun, lalu kembali menatap Ji Hwon. “Appa sedang sakit dan butuh istirahat. Kau tahu sendirikan, kalau kalian tidur bersama kalian akan bertengkar terlebih dahulu sebelum tidur, dan itu tidak baik untuk appa. Malam ini appa butuh istirahat yang cukup agar besok bisa bermain bersama lagi denganmu.”

Sebenarnya Hye Hee tidak tega menghalangi Ji Hwon yang ingin bersama dengan Kyuhyun, namun iajuga tidak ingin waktu istirahat Kyuhyun terganggu dengan meladeni Ji Hwon bertengkar.

“Tadi sore kau sudah menghabiskan waktu dengan appa, sekarang biarkan appa istirahat. Okay?”

Kepala Ji Hwon mengangguk dengan berat menerima ucapan ibunya. Ji Hwon sudah berbalik akan kembali ke kamarnya, namun ia berhenti dan kembali menatap Hye Hee.

“Ada apa?” Tanya Hye Hee.

“Aku mau mengucapkan selamat malam pada appa.” Ujar Ji Hwon pelan.

Hye Hee mengangguk menyetujui, dan Ji Hwon langsung berlari masuk ke dalam kamar menemui Kyuhyun.

“Kenapa belum tidur, eum?” Kyuhyun menarik Ji Hwon ke atas tempat tidur lalu bocah itu duduk di atas paha Kyuhyun.

“Aku mau mengucapkan selamat malam pada appa.”

“Bukankah tadi sudah?”

“Ya aku mau melakukannya lagi.” Ji Hwon mencium kedua pipi Kyuhyun, lalu memberikan ciuman cepat di bibir ayahnya. “Selamat malam appa dan cepat sembuh.”

Kyuhyun membalas ciuman Ji Hwon, “Selamat malam juga jagoan appa.”

Setelah itu Ji Hwon turun dari atas ranjang lalu keluar sambil melambaikan tangannya pada Kyuhyun.

“Perlu omma antarkan ke kamarmu?” Hye Hee menawarkan.

“Tidak perlu, aku bisa sendiri.” Ji Hwon menggeleng tegas.

“Kalau begitu selamat  malam jagoan, I love you.” Hye Hee mencium Ji Hwon sebelum bocah itu  berlari keluar dari kamar mereka.

Setelah mengunci kembali kamar mereka, Hye Hee melaksakan niat awalnya sebelum Ji Hwon datang yaitu mengambilkan obat untuk Kyuhyun. “Ini kau harus memakan obatmu.” Kata Hye Hee dengan segelas air putih yang ia sodorkan.

Kyuhyun mengambil obat dan gelas air putih yang di berikan Hye Hee dan menelannya dengan satu tegukan.

“Sekarang tidurlah.” Hye Hee menarik selimut lalu menutupi tubuh Kyuhyun begitu pria itu berbaring. Ia berputar ke arah ranjang yang lainnya, lalu masuk ke dalam selimut dan berbaring menghadap Kyuhyun.

“Aku mau di peluk.” Pinta Kyuhyun, menunjukkan wajah kekanakan yang muncul di saat-saat pria itu membutuhkan perhatian untuk dirinya sendiri.

“Kemari, aku akan memelukmu malam ini.” Kedua tangan Hye hee terentang, dan Kyuhyun langsung mengangkat kepalanya berpindah ke dalam pelukan Hye Hee, menempelkan wajahnya di dada wanita itu, dan melingkarkan lengannya memeluk tubuh istrinya.

“Aahh rasanya nyaman sekali.” Kyuhyun bergumam puas setelah merasakan pelukan hangat Hye Hee. “Kalau begini besok pagi aku pasti sembuh.”

“Baguslah kalau begitu.” Hye Hee menimpali. “Aku tidak suka jika kau sakit.” Katanya menekankan dengan tatapan matanya pada mata Kyuhyun. Tangan wanita itu bergerak membelai rambut Kyuhyun. “ Rambutmu sudah panjang, lihat sudah hampir menutupi mata. Kau harus segera memotong rambutmu.”

“Tadinya aku berpikir ingin ke salon Ki Jun bersama denganmu, tapi ternyata kau sudah pergi lebih dulu.” Kyuhyun menggerutu.

“Kalau begitu kita akan pergi kesana ketika kau sudah membaik, aku akan menemanimu.”

“Aku kira kau akan merubah warna rambutmu.” Kyuhyun memainkan ujung rambut Hye Hee yang terurai. “Ternyata kau memotong rambutmu.”

“Tadinya aku berniat merubahnya, tapi aku batalkan karena kau pulang.” Dahi Hye Hee berkerut setelah memahami ucapan terakhir Kyuhyun tentang memotong rambutnya. “Kau menyadarinya?” Tanya Hye Hee tidak yakin. Ia hanya memotong sedikit rambutnya dan Kyuhyun menyadarinya.

“Tentu saja aku menyadarinya.”Kyuhyun menyentuh poni yang menutupi dahi Hye Hee. “Kau sudah lama tidak memakai poni, kenapa sekarang pakai poni?”

“Ahh ini,” Hye Hee melihat ke atas ke tempat poni yang menutupi sebagian dahinya. “Ki Jun bilang sesekali aku perlu mengganti gaya rambutku.”

“Tapi aku tidak suka jika kau menutupi dahimu.” Ujar Kyuhyun singkat, lalu menyibakkan poni Hye Hee ke belakang, namun percuma karena potongan rambut itu kembali menutupi dahi Hye Hee. “Dahimu salah satu area kesukaanku.”

“Ini hanya sementara, nanti juga akan terlihat lagi jika poninya sudah panjang.” Hye Hee menggerakkan wajahnya untuk menghalau poni yang menutupi matanya. “Sudah cukup membahas poninya, sekarang kau harus tidur.” Ujarnya mengakhiri percakapan mereka.

“Kau sudah berjanji akan menemaniku memotong rambut.” Tuntut Kyuhyun.

“Iya aku akan menemanimu, sekarang tidurlah karena aku akan memelukmu sepanjang malam.” Hye Hee menurunkan tangan Kyuhyun yang masih memainkan rambutnya, lalu mengeratkan pelukan mereka.

 

 

***

 

 

 

Pagi harinya Hye Hee bangun lebih cepat dari biasanya karena ia harus menyiapkan sarapan pagi yang khusus unutk Kyuhyun dan juga Ji Hwon tentunya. Mengingat kondisi Kyuhyun yang tidak begitu baik, Hye Hee membuatkan pria itu bubur abalone sebagai menu sarapannya, sedangkan untuk Ji Hwon ia menyiapkan pancake yang akan ia masak ketika Ji Hwon sudah bangun agar pancake tersebut masih hangat ketika di makan.

Selesai dengan menu sarapan untuk Kyuhyun dan adonan pancake, Hye Hee berniat ingin membangunkan Ji Hwon. Namun sebelum itu ia ingin memeriksa kondisi Kyuhyun terlebih dahulu. Saat Hye Hee kembali ke dalam kamarnya dan Kyuhyun, ia di sajikan dengan pemandangan yang mengharukan.

Di atas ranjangnya sudah ada Ji Hwon yang tertidur sambil memeluk Kyuhyun. Tidak tahu  kapan bocah itu masuk ke dalam kamar mereka, Hye Hee menduga bahwa Ji Hwon  masuk ke dalam kamar mereka saat ia keluar dari kamar. Salah satu kaki Ji Hwon ia sampirkan ke tubuh Kyuhyun, dan tangan-tangan kecilnya memeluk tubuh ayahnya. Pelukan Ji Hwon berbalas dengan Kyuhyun yang juga memeluk bocah itu.

Momen seperti saat ini terlalu sayang jika harus di lewatkan tanpa kenangan. Hye Hee mengambil ponselnya, lalu mengambil gambar anak dan suaminya yang tengah tertidur sambil berpelukan. Puas dengan beberapa hasil jepretannya, Hye Hee masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Saat ia keluar dari kamar mandi, Kyuhyun dan Ji Hwon masih tertidur, namun saat ini pelukan keduanya sudah terlepas. Hye Hee membuka tirai kamarnya, membiarkan bias matahari menghangatkan ruangan kamar.

“Sudah waktunya bangun tuan-tuan.” Hye Hee menepuk-nepuk tangannya, menciptakan suara bising untuk membangunkan anak dan suaminya namun tidak ada respons. “Cho Ji Hwon ayo bangun, in sudah jam setengah tujuh pagi, kau akan terlambat ke sekolah.” Hye Hee menarik selimut yang digunakan Kyuhyun dan Ji Hwon agar keduanya terbangun.

Ji Hwon menggeliat sambil menggosok matanya, namun tidak ada tanda-tanda kalau bocah itu akan bangun.

Karena tidak mendapatkan respons, Hye Hee naik ke atas tempat tidur. “Hei sayang ayo bangun.” Hye Hee menepuk-nepuk pipi Ji Hwon pelan. “Kau tidak mau terlambat ke sekolah kan?” Katanya lagi lalu mencium pipi Ji Hwon gemas. “Kyu kau juga, ayo bangun.” Hye Hee menggerakan bahu Kyuhyun kuat. “ Aku sudah buatkan sarapan untuk kalian berdua.”

Mata Ji Hwon terbuka dengan perlahan, mencari-cari sosok ibunya. “Omma….” Panggilnya serak.

“Heumm…. sudah bangun?” Hye Hee mendekati Ji Hwon, memainkan bibir mungil putranya. “Ayo sekarang mandi, lalu selama kau mandi omma akan memasakkan  pancakemu.”

“Aku mau pancake dengan saus madu dan cokelat.”

“Baiklah saus madu dan cokelat akan omma siapkan.” Sambil menunggu Ji Hwon kembali pada kesadarannya, Hye Hee membuka satu persatu kancing piyama bocah itu. “Omong-omong kapan kau masuk ke dalam kamar omma dan appa?”

“Saat aku dengar suara pintu kamar omma, aku langsung keluar dari kamarku.” Ji Hwon mengangkat tangannya agar Hye Hee bisa meloloskan piyamanya. “Aku tidak bisa tidur karena appa sakit, aku ingin tidur dengan appa.”

“Jadi semalaman ini kau tidak tidur?”

“Tidak.” Ji Hwon mendorong tubuhnya agar merapat pada Kyuhyun di belakangnya. “Aku baru bisa tidur setelah appa memelukku.” Katanya sambil menarik tangan Kyuhyun agar kembali memeluknya.

“Heumm…” Kyuhyun bergumam tanpa membuka mata dan mengeratkan pelukannya pada Ji Hwon.

Senyum Hye Hee terbit, begitu eratnya kasih sayang antara Ji Hwon dan Kyuhyun. Sampai-sampai bocah itu tidak bisa tidur memikirkan ayahnya yang sedang sakit. “Karena sekarang appa sudah memelukmu, kau sudah bisa mandi sekarang, lalu berangkat ke sekolah.”

Kepala Ji Hwon menggeleng. “Omma… hari ini aku tidak sekolah ya…”

“Tidak sekolah? Kenapa?”

“Aku juga sedang sakit, sama seperti appa.” Ji Hwon melirik Kyuhyun, ayahnya belum membuka mata, namun ia melihat kalau sudut bibir ayahnya tertarik membentuk senyuman.

“Sakit?” Dengan cepat telapak tangan Hye Hee menutupi dahi Ji Hwon. “Suhu tubuhmu baik-baik saja.”

“Tapi aku merasa kalau aku sakit.” Ujar Ji Hwon memohon. “Hari ini saja, ijinkan aku tidak sekolah, eoh?” Ji Hwon mendekatkan wajahnya ke depan wajah Kyuhyun. “Appa tolong aku.” Bisiknya memohon pertolongan.

Sebelum Kyuhyun membuka mata dan mulutnya, Hye Hee sudah memutuskan. “Baiklah kau boleh tidak sekolah hari ini.” Ujarnya dengan desahan pasrah, tidak ada gunanya menentang ketika Kyuhyun dan Ji Hwon menjadi sekutu. Lagipula ia paham kenapa Ji Hwon begitu tidak ingin sekolah hari ini, sudah pasti karena ia ingin menghabiskan waktunya dengan Kyuhyun. “Tapi hanya hari ini!” Hye Hee menegaskan.

Dan Ji Hwon segera bersorak kegirangan, dengan kedua tangan yang terangkat ke atas. “Appa kita berhasil.” Ucapnya pada Kyuhyun yang langsung membuka matanya, lalu beradu jotos dengan Ji Hwon.

“Cukup selebrasi keberhasilannya, sekarang bangkit dari tidur lalu mandi, sebelum aku berubah pikiran.” Ucap Hye Hee untuk menghentikan selebrasi keberhasilan Kyuhyun dan Ji Hwon.

“Siap mom.” Seru Kyuhyun dan Ji Hwon kompak, lalu keduanya sama-sama bangun dan bergegas turun dari ranjang, namun sebelum mereka turun dari ranjang, Kyuhyun dan Ji Hwon mencium kedua pipi Hye Hee. “We love you mom.” Seru mereka berdua, lalu lari ke dalam kamar mandi, meninggalkan Hye Hee yang tersenyum hangat.

 

 

 

***

 

 

 

Sarapan pagi ini di lewati tanpa keributan, karena Ji Hwon dan Kyuhyun mendapatkan bagian mereka masing-masing. Selesai sarapan Hye Hee menghubungi Oh Soo untuk mengatakan bahwa hari ini ia juga akan membolos dari jadwalnya di rumah sakit, danmeminta pria itu untuk menggantikannya.

“Kenapa kau tidak masuk?” Oh Soo bertanya begitu Hye Hee meminta pria itu menggantikannya.

“Kyuhyun baru pulang kemarin sore, dan dia sedang sakit, lalu Ji Hwon juga merasa dirinya ikut sakit.”

Oh Soo tertawa mendengar nada tersirat dalam ucapan Hye Hee. Tidak perlu di jabarkan lagi ia sudah paham bagaimana ulah ayah dan anak itu. “Arraseo aku akan menggantikanmu hari ini. Sampaikan salamku untuk Kyuhyun dan Ji Hwon.”

“Gomawo Soo-ya, nanti akan aku sampaikan.” Panggilannya dengan Oh Soo berakhir dengan singkat karena pria itu terdengar buru-buru. Setelah menelepon Oh Soo, Hye Hee mengganti pakaiannya karena ia berencana berbelanja perlengkapan dapur yang menipis.

Sebelum meninggalkan rumah Hye Hee menghampiri Kyuhyun dan Ji Hwon yang tengah bermain playstation.

“Mau kemana?” Kepala Kyuhyun mendongak, memerhatikan penampilan Hye Hee.

“Ke supermarket.” Jawabnya. “Beberapa bahan makanan sudah habis, dan juga susu Ji Hwon sudah hampir habis.”

Kepala Kyuhyun mengangguk mengerti. “Ayo pergi bersama.” Ajaknya.

“Aku bisa pergi sendirian.” Tolak Hye Hee. “Kau sedang sakit, lebih baik kalian berdua di rumah saja.”

“Aku juga mau ikut.” Ji Hwon berdiri tegak.

“Ikut kemana?”

“Ke Supermarket tentu saja, iya kan appa?”

“Ya benar.” Kyuhyun mengangguk, lalu berdiri tegak mengikuti Ji Hwon. “Kami berdua harus ikut.”

Bahu Hye Hee merosot lemas karena tidak bisa menolak. “Cepat ganti pakaian kalian.” Katanya ketus.

Ji Hwon dan Kyuhyun kembali beradu jotos dan tertawa puas.

 

 

***

 

 

Hye Hee sudah menduga membawa Kyuhyun dan Ji Hwon ke supermarket untuk berbelanja hanya akan menambah sakit kepalanya. Bukannya membantu ia berbelanja, anak dan ayah itu malah asyik memilih snack untuk mereka berdua, lalu bermain dengan troli belanjaan.

“Appa ke kanan.” Ji Hwon berdiri di dalam troli, lalu meminta Kyuhyun mendorong troli ke arah kanan, lalu tangan bocah itu ia bentuk seperti membuat tameng, meniru salah satu tokoh kartun superior yang sering ia tonton.

Parahnya bukannya melarang Kyuhyun malah menuruti kemauan anaknya. Pria itu mendorong troli sesuai perintah Ji Hwon, sambil mengeluarkan suara mobil tiruan.

“Cho Ji Hwon jangan berdiri di atas troli kau bisa jatuh!” Hye Hee meletakkan sayur yang sedang ia pilih, menghampiri Kyuhyun dan Ji Hwon, menatap marah pada kedua pria itu. “Sekali lagi kalian bertingkah seperti ini, kita pulang.”

Begitu Hye Hee mengeluarkan ultimatumnya barulah kedua pria itu menurut. Mengikuti kemana Hye Hee bergerak selama memilih bahan makanan, namun tetap saja sesekali keduanya melakukan sesuatu yang menurut mereka lucu, namun mampu membuat Hye Hee menahan napas karena cemas.

 

 

 

***

 

 

Sepulang dari supermarket Kyuhyun dan Ji Hwon kembali melanjutkan bermain playstation, sementara Hye Hee menyusun bahan belanjaan dan menyiapkan makan siang untuk mereka. Dan setelah makan siang dan lelah bermain sepanjang hari, Kyuhyun dan Ji Hwon tertidur.

Memanfaat waktu selama Kyuhyun dan Ji Hwon tertidur Hye Hee membuat sesuatu di dapurnya. Ia mencoba membuat puding cake untuk ulang tahun Kyuhyun yang sudah berlalu beberapa hari. Meskipun sudah berlalu, Hye Hee tetap ingin memberikan sesuatu untuk mengingat hari kelahiran suaminya.

Satu jam berkutat dengan dapur, akhirnya Hye hee menyelesaikan puding cake cokelat yang ia hias dengan buah-buahan di bagian atasnya. Tidak hanya satu, tapi ia menyiapkan dua puding cake.

“Sudah bangun?” Tanya Hye Hee saat Kyuhyun masuk ke dalam dapur dengan mata yang masih terpejam dan rambut berantakan.

Kyuhyun hanya mengangguk, lalu membuka pintu kulkas dan mengambil botol air dingin.

“Gunakan ini, ingat.” Hye Hee menyodorkan gelas kosong, sebelum Kyuhyun meneguk air langsung dari botolnya. Ia selalu menekankan untuk menggunakan gelas jika ingin minum.

Kyuhyun tertawa dengan mata yang masih terpejam, ia mengambil gelas kosong dari Hye Hee dan berlalu dari hadapan kulkas.

“Aku sudah merasa lebih baik?” Hye Hee memeriksa kembali suhu tubuh Kyuhyun. “Sepertinya demamnya sudah turun.” Gumamnya setelah meraskan dahi Kyuhyun yang tidak lagi panas.

Kyuhyun menghabiskan segelas air dingin terlebih dahulu sebelum menjawab. “Bukankah sudah kubilang, kalau aku akan segera sembuh jika dokter yang merawat aku secantik ini.”

Hye Hee ingin menyambung godaan Kyuhyun padanya, tapi suara Ji Hwon yang memanggil Kyuhyun  membatalkan niatnya.

“Appa…” Suara serak Hwon terdengar dari arah ruang televisi.

“Di dapur sayang.” Balas Kyuhyun.

“Ayo kita temui dia.” Ajak Hye Hee.

“Aigoo…. anak appa sudah bangun, eoh?” Sebelum sampai di ruang televisi Kyuhyun dan Hye Hee sudah bertemu dengan Ji Hwon di ruang makan. Kyuhyun menggendong Ji Hwon lalu menimang bocah itu dalam gendongannya. “Apa yang membuatmu terbangun?”

“Appa tidak ada di sampingku.” Jawab Ji Hwon menggerutu, kedua tangannya ia gunakan menggosok-gosok matanya.

“Sepertinya hari ini kau benar-benar mencintai appamu.” Sindir Hye Hee. Terkadang Hye Hee merasa iri dengan interaksi antara Kyuhyun dan Ji Hwon. Meskipun jarang bertemu, Ji Hwon tidak memiliki jarak dengan Kyuhyun. Malah sebaliknya, bocah itu begitu mencintai Kyuhyun. Itu sebabnya jika sudah melihat wajah Kyuhyun, Ji Hwon ingin selalu bersama ayahnya, meskipun akan lebih sering melihat mereka bertengkar dari pada akur.

“Aku juga mencintai omma.” Kata Ji Hwon setelah selesai menggosok matanya.

“Mana buktinya?” tantang Hye Hee.

Dari gendongan Kyuhyun, Ji Hwon mengecup sayang bibir ibunya.

“Lalu untuk appa?”

“Appa juga.” Ji Hwon mengecup bibir Kyuhyun sebagai bentuk kasih sayangnya.

“Karena kalian sudah bangun, aku ingin menunjukkan sesuatu. Kalian tunggu disini.” Kata Hye Hee sambil menunjuk meja makan, lalu ia menghilang  ke arah dapur, dan muncul dengan membawa puding cakenya. “Tada… kue ulang tahun untuk appa.”

“Wuahh… puding cake cokelat.” Seru Kyuhyun antusias. Ia menurunkan Ji Hwon dari gendongannya ke atas kursi meja makan. “Terimakasih sayang.” Kyuhyun mengecup bibir Hye Hee.

“Ada buah kiwinya.” Jari mungil Ji Hwon bergerak ingin mengambil buah kiwi yang menjadi hiasan.

“Ini punya appa,” Kyuhyun menahan tangan Ji Hwon yang akan sampai menyentuh buah hiasan kuenya. “Kau tidak boleh menyentuhnya sebelum appa memotongnya.”

“Uhuu… aku juga mau.” Ji Hwon merengek. “Aku mau kuenya.” Ia kembali berusaha menarik wadah tempat kue tersebut namun segera di jauhkan Kyuhyun.

“Tidak bisa ini punya appa.” Ucap Kyuhyun tersenyum jail. “Kau akan mendapatkan sepotong kecil saja.”

Andwe… aku mau semuanya.”

Geumanhe.” Hye Hee menghentikan pertengkaran ayah dan anak itu. “Jangan bertengkar.” Hye Hee kembali masuk ke dalam dapur dan kembali dengan satu lagi puding cake cokelat, namun ukurannya lebih kecil. “Ini puding cake milikmu.” Hye Hee sengaja menyediakan dua puding cake sebagai antisipasi kalau-kalau Kyuhyun dan Ji Hwon bertengkar, dan ternyata antisipasinya benar.

“Sekarang nyalakan lilinya.” Hye Hee menyerahkan pemantik pada Kyuhyun.

Kyuhyun menyalakan  lilin kecil di pinggiran kuenya, lalu menyalakan lilin yang juga ada pada kue milik Ji Hwon.

“Tidak mau membuat permohonan?” Tanya Hye Hee.

Kyuhyun memejamkan  matanya, mengatupkan kedua tangannya. “Aku hanya ingin terus seperti ini. Bahagia bersama istri, anak dan seluruh keluargaku. Serta seluruh pekerjaan bisa di lakukan dengan sebaik mungkin.” Begitu selesai dengan permohonannya, Kyuhyun meniup seluruh lilinnya, yang di ikuti oleh Ji Hwon.

“Selamat ulang tahun sayang.” Hye Hee memberikan pelukan selamat pada Kyuhyun, lalu ciuman di bibir pria itu. “Maaf karena aku terlambat merayakan ulang tahunmu.”

“Selamat ulang tahun appa.” Ji Hwon berseru girang. Ia berdiri di atas kursi agar bisa sejajar dengan Kyuhyun. “Aku sayang appa.” Katanya lalu mencium Kyuhyun seperti yang di lakukan Hye Hee.

“Terimakasih sayang, appa juga menyayangimu, sangat.” Kyuhyun memeluk Hye Hee dan Ji Hwon dengan kedua tangannya, lalu mencium kedua orang terpenting di hidupnya itu secara bergantian. “Dan ini belum terlambat, aku merasa semuanya tepat pada waktunya. Tepat waktu dimana hanya ada kita saja yang bisa menikmatinya.” Ujarnya lalu mencium lagi Hye Hee dan Ji Hwon.

“Ah matta, aku ada hadiah untuk appa.” Ji Hwon turun dari kursi makan, berlari menuju kamarnya lalu muncul lagi dengan dua bingkisan di tangannya.

“Kenapa ada dua kado?” Tanya Kyuhyun sambil membantu Ji Hwon untuk kembali naik ke atas kursi makan.

“Tunggu saja penjelasan dari dia.” Sahut Hye Hee sekenanya.

“Ini hadiah untuk appa.” Ji Hwon menyodorkan bingkisan berwarna biru yang ukurannya lebih besar pada Kyuhyun. “Dan ini hadiah untukku.” Lalu ia mengambil bingkisan yang lebih kecil untuk dirinya sendiri.

“Jadi kau juga punya hadiah.” Kyuhyun berdecak. “Dasar tidak mau kalah.”

Appa ayo buka hadiahnya.” Tidak memerdulikan ejekan ayahnya, Ji hwon bersemangat menyuruh Kyuhyun untuk membuka hadiah yang ia berikan.

Kyuhyun merobek kertas pembungkus kadonya, begitu juga dengan Ji Hwon yang ikut merobek kertas kadonya.

Kyuhyun menarik keluar isi kadonya. Sebuah syal rajut berwarna merah marun. “Bagus sekali, siapa yang memilihkannya?” Tanyanya.

“Ji Hwon yang memilihkannya untukmu.” Wajah Hye Hee terangkat ke arah Ji Hwon yang masih berusaha membuka bungkus kadonya.

“Aku juga punya syal yang sama seperti appa.” Seru Ji Hwon menunjukkan isi kadonya, syal rajut berwarna merah marun namun dengan ukuran yang lebih kecil.

“Aku terpaksa harus berkeliling dari mall yang satu ke mall yang lainnya hanya untuk mencari syal yang sama persis seperti itu namun dengan ukuran yang berbeda.” Hye Hee teringat kembali bagaimana ia harus berkeliling untuk mencari syal yang sama namun berbeda ukuran, untungnya ia bisa menemukan syal-syal itu setelah melakukan pencarian selama dua hari dan itu hanya bisa ia lakukan setelah ia pulang dari rumah sakit. Melihat wajah berbinar Kyuhyun dan Ji Hwon  ketika menerima hadiah itu menjadi penawar rasa lelah dan kesalnya.

“Omma aku sudah seperti appa, kan?” Ji Hwon  menunjukkan simpulan syal di lehernya.

“Bukan begitu cara mengikatnya sayang.” Hye Hee membenarkan pemasangan syal milik Ji Hwon, membuatnya terlihat sama seperti yang Kyuhyun lakukan.

“Apa sekarang kami terlihat mirip?” Kyuhyun bertanya sambil merangkul bahu Ji Hwon.

“Mirip, bahkan sangat mirip.” Gumam Hye Hee puas. “Tunggu sebentar aku harus mengambil foto kalian.” Mengggunakan kamera yang sudah ia siapkan, Hye Hee mengambil foto Kyuhyun dan Ji Hwon yang sedang memegang puding cake milik mereka masing-masing dan mengenakan syal yang sama.

“Bagaimana kalau malam ini kita makan keluar saja.” Kyuhyun  mengusulkan setelah mereka selesai mengambil foto keluarga dan memakan puding cake mereka masing-masing.

“Ide yang bagus. Kebetulan aku sedang kehabisan ide dengan masakan saat ini.” Hye Hee langsung menyetujui.

“Horeee aku mau makan pizza hari ini.” Ji Hwon berteriak nyaring. “Omma kita makan pizza ya.”

“Sesuai kemauanmu sayang, sekarang mandi agar kita bisa segera pergi.”

Ji Hwon turun dari kursinya, lalu berlari ke dalam kamarnya sendiri untuk segera mandi. Begitu Ji Hwon  menghilang, Kyuhyun meraih tubuh mungil istrinya ke dalam pelukannya.

“Terimakasih sudah menyiapkan kejutan yang indah ini.” Ucapnya di depan bibir Hye Hee. “Kau selalu tahu bagaimana membuat hariku berwarna.” Kyuhyun mengecup lembut bibir istrinya itu, mengulumnya sejenak, lalu melepaskan kuluman bibir mereka setelah merasakan manis dan hangat bibir wanita itu.

“Terimakasih juga karena sudah menjadi hidupku.” Bisik Hye Hee, kemudian mengecup dalam bibir Kyuhyun. “Sepertinya kita harus segera mandi, sebelum Ji Hwon melihat kita disini.”

Kyuhyun melirik jam di dinding ruang makan, dan tersenyum. “Kita punya dua puluh menit untuk mandi nyonya, dan aku rasa itu cukup untukku menerima undanganmu.” Katanya lalu mengangkat tubuh Hye Hee ke atas gendongannya, melingkarkan kedua kaki wanita itu di tubuhnya. Mereka kembali berciuman dengan Kyuhyun yang berjalan menuntun istrinya ke dalam kamar mandi untuk menyambut undangan yang di berikan wanita itu.

 

***

 

 

 

A Week Later

 

 

“Kau tidak membawa mobil?”

Sebuah pertanyaan mengejutkan Hye Hee. ia berpaling ke arah orang yang bertanya padanya. “Soo-ya.” Ujarnya setelah mengenali sosok yang mendekat padanya. “Hari ini Kyuhyun mengantarku, dan sekarang mereka sedang di jalan untuk menjemputku.”

“Kyuhyun sedang libur?” Kim Oh Soo sampai di sebelah Hye Hee.

“Kebetulan sekali hari ini jadwalnya kosong.” Hye Hee menilik jam tangannya memperkirakan kedatangan Kyuhyun dan Ji Hwon.

“Aniway selamat hari valentine.”

“Ya Kim Oh Soo, sejak kapan kau mengucapkan kata-kata seperti itu?” Tanya Hye Hee terkejut.

“Aku tahuk kau tidak suka dengan hal-hal seperti ini.” Wajah Oh Soo mendekati telinga Hye Hee. “Tapi kali ini izinkan aku memenangkan pertaruhan dari para dokter intern itu.”

“Maksudmu?”

Oh Soo melirik ke sekitar tempat mereka berdiri, lalu kembali mendekat pada Hye Hee. “Para dokter intern itu tidak tahu kalau kau sudah menikah, dan mereka berpikir kalau kita memiliki hubungan khusus. Mereka membuat taruhan kalau aku tidak akan berani mengucapkan selamat valentine padamu.”

“Astaga kalian ini ada-ada saja.” Mendengar sesuatu tentang dirinya dan Oh Soo membuat Hye Hee tertawa, ini bukan pertama kalinya ia menjadi perbicangan dengan Oh Soo, tapi tetap saja jika orang lain menganggap dirinya dan Oh Soo memiliki hubungan ia akan merasa geli. “Kalau begitu aku terima ucapanmu, dan hari ini kau menang taruhan.” Hye Hee menjabat tangan Oh Soo dan tertawa.

“Kau harus merubah penampilanmu agar terlihat seperti wanita yang sudah menikah.” Ujar Oh Soo.

“Bukankah aku sudah terlihat seperti ibu-ibu?” Hye Hee menilik sendiri penampilannya.

“Itu menurutmu, tidak menurut dokter intern itu. Mereka mengira kau seorang gadis, kalau saja mereka tahu bagaimana mengerikannya anak dan suamimu.” Oh Soo bergidik di akhir ucapannya.

Mobil sedan hitam milik Kyuhyun terlihat memasuki halaman rumah sakit, Hye Hee segera melambai ke arah mobil itu. “Mereka sudah datang, aku permisi.” Hye Hee sedikit berlari menuju mobil Kyuhyun, dan segera masuk.

“Bukankah itu Kim Oh Soo?” Kyuhyun mengintip sosok Oh Soo dari jendela mobilnya.

“Iya dia baru saja memenangkan taruhan.” Hye Hee tersenyum kecil.

“Taruhan apa?”

“Nanti aku ceritakan di rumah.” Tutup Hye Hee, lalu memasang sabuk pengamannya. Sejak ia masuk ke dalam mobil Hye Hee tidak menyadari apa yang sedang Kyuhyun dan Ji Hwon makan, sampai ia melihat mulut bocah itu penuh dengan cokelat dan warna merah pada baju dan pipinya. “Apa yang kau makan?” Ia bertanya pada Ji Hwon.

Ji Hwon duduk di kursi penumpang di belakang, dan di kelilingi dengan aneka cokelat dan buah strawberry. “Appa bilang hari ini hari kasih sayang jadi kami membeli cokelat dan buah strawberry.” Katanya dengan mulut penuh dengan strawberry yang baru saja ia masukkan ke dalam mulut.

“Pelan-pelan makannya.” Hye Hee meraih tisue, lalu memutar ke tubuhnya ke belakang untuk melap mulut Ji Hwon.

“Karena kami tahu kau tidak suka cokelat jadi kami membeli strawberry juga. Tadinya strawberry itu untukmu, tapi…”

“Appa yang memakannya lebih dulu.” Potong Ji Hwon setelah menelan strawberrynya dengan susah payah.

“Enak saja, kau dulu yang begitu selera dengan warna strawberrynya.” Kyuhyun membantah.

“Tapi appa yang membuka pelastik pembungkus keranjangnya terlebih dahulu.” Ji Hwon menunjukkan pelastik transparan yang di gunakan untuk membungkus buah.

“Berhenti saling menyalahkan.” Tandas Hye Hee. Ia mengambil lagi tisue basah dari dalam tasnya, lalu melap sudut  mulut Kyuhyun. Ada sisa strawberry di sana. “Jadi strawberry ini untukku?” Hye Hee menjulurkan tangannya ke kursi di belakang, lalu mengambil keranjang buah yang berisi strawberry yang sebagian isinya sudah hilang.

Kyuhyun dan Ji Hwon mengangguk  bersamaan dan menunggu reaksi Hye Hee dengan harap cemas.

Senyuman Hye Hee menghilangkan panik di antara Kyuhyun dan Ji Hwon. “Thankyou honey. Aku menyukai hadiahnya.”

“Omma tidak marah?” Ji Hwon meringsut maju ke depan, di antara Kyuhyun dan Hye Hee.

“Omma marah, dan aku ingin kalian mendapatkan hukuman.”

Wajah Kyuhyun dan Ji Hwon tertunduk lesu.

“Hukumannya, ayo cium aku.”

Dengan segera Kyuhyun dan Ji Hwon mengangkat wajah mereka,lalu bergantian mencium bibir Hye Hee, dan terakhir bersamaan mencium pipi wanita itu.

Love you mommy.” Kata Ji Hwon di akhir ciumannya.

Love you more honney.” Hye Hee menciumpipi Ji Hwon dalam. “And you too.” Kata Hye Hee pada Kyuhyun dan mereka berciuman singkat.

Hye Hee meletakkan kembali keranjangbuah itu ke  kursibelakang, “Sekarang ayo kita pulang. Aku ingin kita menghabiskan waktu malam ini dengan baik.”

Kyuhyun kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan pelataran rumah sakit, bersama dengan keluarga yang begitu ia cintai. Malam ini mereka akan menghabiskan waktu bersama, sesuatu yang sangat jarang mereka miliki, dan saat mereka memiliki waktu untuk bersama, maka tidak ada gunanya menyia-nyiakan kesempatan itu.

 

 

 

 

***FIN***

Habby 27th Pirthday Cho Kyuhyun

Ehehehee telat banget ya aku buat ceritanya. Maaf banget karena aku beneran sibuk mulai dari awal januari kemaren sampe awal minggu ini, baru beneran nyantainya sekitar tiga hari, dan langsung aku gunain buat nulis ff ini. Meskipun telat gpp deh ya, cuma buat hiburan doang kok, soalnya mubajir ide yang ada di kepala ehehehe 😀

Cerita ini buat kalian yang menantikan momen kebersamaan Kyuhyun sama Ji  Hwon, especially buat Nova sama Handa yang nge-fans banget sama Ji Hwon kekekeke (Just Kidding don’t kill me, okay :D)

Maaf  kalau ceritanya gak memuaskan, udah lama gak nulis berasa oon gitu pas natap layar word ^^v