happy

 

 

 

 

Suara televisi menyala terdengar sangat keras, hingga memenuhi seluruh ruangan di apartemen. Wanita itu hanya bisa menggeleng mendengar suara bising dari televisi, ia sudah memperingatkan putranya untuk mengurangi volume game yang sedang di mainkan bocah itu, tapi sepertinya tidak berhasil.

“Ji Hwon-ah…..” Wanita itu berteriak kuat untuk mengimbangi suara televisi, “Kau sudah selesai?”

Hye Hee menunggu sejenak, apakah Ji Hwon mendengar panggilannya, atau tidak. Tapi sepertinya panggilannya tidak di dengar oleh bocah itu.

Hye Hee hanya menggeleng maklum, kembali ia menutup kotak makanan yang sudah ia siapkan, dan menyusunnya di dalam kantong kertas besar.

“Omma sudah selesai?”

Hye Hee mendongak, Ji Hwon baru saja datang menghampirinya. Bocah itu sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaos berkerah berwarna merah dengan kerah berwana hitam, dan celana jeans pendek berwarna biru navy.

“Sedikit lagi.” Jawab Hye tersenyum. “Kau sudah selesai?”

“Sudah.” Ji Hwon naik ke atas kursi makan, menegakkan badan di atas kursi, dengan tumpuan kedua lututnya. “Omma sebenarnya kita mau kemana? Kenapa omma masak sebanyak ini?”

“Kita akan ke dorm.” Jawab Hye Hee, menepis tangan Ji Hwon yang mencoba untuk mengambil makanan dari dalam kotak. “Tidak boleh seperti itu.” Larangnya lembut.

Ji Hwon tertawa karena dilarang lalu menjilat telunjuknya yang sempat menyentuh makanan, “Dorm? Bertemu appa?”

“Tentu saja bertemu appa dan para samchon.”  Hye Hee memasukkan kotak makanan terakhir ke dalam kantong kertas. “Kita akan makan siang di dorm. Omma sudah berjanji akan membawakan makan siang untuk semuanya.”

Omma jinjjayo?” Ji Hwon bertanya antusias. Mendengar sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya akan membuat ia antusias.

“Iya sayang.” Hye Hee mengecup kepala Ji Hwon. “Appa rindu padamu, dan ingin bertemu. Tapi karena jadwal appa yang sibuk, appa tidak bisa pulang.” Terang Hye Hee sambil melepaskan apronnya, “Kebetulan hari ini appa ada jadwal kosong, dan karena ini hari sabtu dan omma tidak bekerja, jadi kita yang akan mengunjungi appa.”

“Horee akhirnya aku bertemu appa.” Sorak Ji Hwon riang, hingga mengangkat kedua tangannya.

Hye Hee mengacak rambut Ji Hwon dan tersenyum. “Makanya omma memintamu bersiap sejak tadi. Karena begitu omma selesai memasak kita akan pergi menemui appa.”

“Aku sudah selesai omma,” Ji Hwon menyambung cepat.

“Kau sudah mematikan televisi , dan menyimpan playstationmu di tempatnya?” Hye Hee sudah tidak mendengar suara televisi, ia harus memastikan bahwa bocah itu melakukan ketentuan yang selalu ia ajarkan pada bocah itu, menyimpan sesuatu pada tempatnya.

“Sudah.” Sahut Ji Hwon. “Omma bisa memeriksanya.” Tambahnya dengan gerakan bahu enteng dan wajah angkuh yang dibuat-buat.

Ji Hwon tak pernah kehabisan ulah untuk membuat ia tetap tersenyum, meskipun bocah itu membuat kesalahan. “Anak pintar.” Ia mengacak rambut Ji Hwon bangga. “Kita berangkat sekarang?” Tanya Hye Hee dengan alis melengkung menggoda putranya.

“Tentu saja, aku sudah tidak sabar bertemu appa.”

“Tunggu sebentar, omma akan berganti pakaian.” Mengacak rambut Ji Hwon yang sangat antusias, wanita itu berlalu ke kamarnya untuk berganti pakaian. Sepuluh menit kemudian Hye Hee sudah selesai bertukar pakaian. Ia hanya memakai kaos pendek, dan celana berwarna putih.

Let’s go,” Hye Hee menurunkan dua kantong kertas yang besar dari atas meja makan, dan menentengnya, “Appa sudah menunggu kita.”

Let’s go…..” Ji Hwon melompat dari atas kursi makan, dan berlari mendahului Hye Hee. Rasa rindunya pada Kyuhyun membuat ia begitu semangat untuk bertemu dengan pria itu siang ini.

 

 

 

***

 

 

 

Telunjuk kecil itu tidak berhenti menekan bel pintu di hadapan mereka. Berulangkali ibunya memperingatkan, tidak berpengaruh pada bocah itu.

“Ji Hwon-ah, jangan di tekan terus, kau akan merusak belnya.” Hye Hee menahan lembut telunjuk Ji Hwon yang akan menekan kembali bel.

Appa pasti tidak mendengar suara belnya.” Ji Hwon menarik telunjuknya dari genggaman Hye Hee, tapi tidak berhasil. “Omma, aku harus menekan belnya lagi, biar appa mendengarnya.”

“Tidak.” Hye Hee menggeleng, “Sebentar lagi….”

Belum selesai Hye Hee berkata, pintu di depan mereka terbuka. Hye Hee menelengkan lehernya pada sosok yang membukakan pintu untuk mereka.

“Eeteuk oppa.” Sapa Hye Hee tersenyum. Melepaskan telunjuk Ji Hwon, Hye Hee memeluk Leeteuk, mencium kedua pipi pria itu dengan pipinya. Sapaan hangat yang biasa bagi mereka, karena Hye Hee sudah menganggap semua member super junior seperti saudara kandungnya.

“Adik ipar.” Leeteuk menepuk bahu Hye Hee setelah Hye Hee melepas pelukan mereka. “Kyuhyun sudah bilang kalian akan datang. Masuklah.” Leeteuk melebarkan pintu dan mempersilahkan Hye Hee masuk.

Samchon.” Ji Hwon berjinjit dengan kedua tangan terentang ke atas.

Arratta.” Leeteuk mengangguk mengerti dengan maksud Ji Hwon. Ia menarik tubuh bocah itu dan mengendongnya.

Hye Hee masuk ke dalam dorm, dimana para pria terlihat sedang asyik menonton televisi. Namun Hye Hee tidak melihat semua member di depan televisi, hanya ada Heechul, Eunhyuk, Donghae, Sungmin, Kangin dan Siwon.

Wasseo?” Seru Heechul begitu melihat Hye Hee berjalan mendekat pada mereka. “Apa yang kau bawa?”

“Kotak makan siang.” Hye Hee meletakkan kantong yang ia bawa ke atas meja di depan televisi.

“Kotak makan siang?” Eunhyuk mengalihkan wajahnya cepat dari televisi, dan langsung membongkar kantong kertas tersebut. “Kau tahu saja kalau kami sedang lapar.”

“Selalu.” Hye Hee bergumam menanggapi.

“Dimana si setan kecil?” Eunhyuk bertanya karena tidak melihat Hye Hee bersama Ji Hwon.

“Aku disini.” Sahutan kecil terdengar di belakang Hye Hee.

Semua pria melongo ke belakang Hye Hee, untuk melihat pembuat onar kecil yang selalu membuat mereka pusing sedang bermanja di gendongan Leeteuk.

“Aku kira dia tidak ikut.” Kangin mendesah, sudah bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi jika Ji Hwon sudah datang ke dorm mereka. Sesuatu pasti akan terjadi.

“Mana mungkin dia tidak ikut, dia akan anak omma.” Sindir Eunhyuk.

Ji Hwon menggeliat dari gendongan Leeteuk, lalu berlari ke atas pangkuan Siwon. “Aigoo… kau bertambah berat saja.” Komentar Siwon begitu Ji Hwon duduk di atas pangkuannya.

“Aku makan banyak.” Ji Hwon menyahut. “Omma selalu membuatkan makanan yang enak untukku, dan juga aku mau punya lengan sepeerti ini.” Jari-jari kecil Ji Hwon menekan-nekan otot lengan Siwon, yang terlihat.

“Hahahaha.” Siwon tertawa kuat, merasa terhibur dengan ucapan polos bocah itu. “Kau harus berolahraga juga, jangan cuma makan saja. Kalau kau hanya makan, bukannya membentuk otot, kau malah menambah lemak di perutmu.”

“Seperti Shindong samchon.” Ji Hwon menunjuk Shindong yang sedang menyuapkan kimbab yang di bawa Hye Hee ke dalam mulutnya.

Leeteuk, Heecul, Siwon, Kangin, Donghae, Sungmin dan Donghae tersedak tawa mereka sendiri, karena ucapan Ji Hwon.

“Aiisss kau ini.” Shindong mendesah ringan, dan lanjut menyuapkan kimbab ke dalam mulutnya.

“Aku tidak melihat Ryeowook oppa, dimana dia?” Tanya Hye Hee.

“Ryeowook sedang membuat sesuatu di dapurnya bersama ahjumma, tadinya untuk makan siang kami.” Sungmin menjawab.

“Tapi sepertinya sudah tidak perlu, makanan yang di bawa Hye Hee sangat cukup untuk kita semua.” Leeteuk menatap makanan yang sudah di keluarkan dari dalam kotak, hingga menutupi semua meja. “Eunhyuk-ah, katakan pada Ryeowook untuk tidak melanjutkan memasak, kita makan makanan yang di bawa Hye Hee saja.” Suruh Leeteuk pada Eunhyuk.

Mematuhi perintah Leeteuk, Eunhyuk berdiri menuju dapur.

“Bilang saja kau tidak melihat suamimu, ya kan?” Celetuk Heecul menggoda Hye Hee, hingga membuat wajah wanita itu memerah karena malu.

Oppa…” Hye Hee merengut malu.

Seluruh pria itu tersenyum melihat tingkah malu-malu Hye Hee.

“Suamimu ada di kamarnya.” Siwon mengarahkan wajahnya ke kamar Kyuhyun. “Tadi Kyuhyun bilang dia ingin mandi, tapi kurasa sudah selesai.”

“Aku lihat Kyuhyun dulu,” Donghae akan bangkit melaksanakan ucapannya, namun sebuah tangan menghalanginya.

“Biarkan istrinya saja yang melihat.” Larang Kangin. “Kyuhyun lebih membutuhkan Hye Hee daripada kau.”

Dongha kembali duduk, dan mengerti maksud ucapan Kangin.

“Pergilah temui suamimu.” Leeteuk menyarankan.

Hye Hee mengangguk, dan meninggalkan ruang televisi ke kamar Kyuhyun.

“Omma aku ikut.” Ji Hwon melompat dari pangkuan Siwon begitu melihat ibunya itu bergerak dari ruang televisi.

“Hey hey hey…” Siwon berusaha menarik tangan Ji Hwon menghalangi bocah itu mengejar Hye Hee, namun terlambat karena Ji Hwon lebih cepat berlari menghampiri ibunya.

“Biarkan saja, dia juga merindukan ayahnya.” Ujar Heechul.

 

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Hye Hee membuka pintu kamar Kyuhyun dengan sangat pelan, takut mengganggu sesuatu yang sedang di kerjakan suaminya itu di dalam kamar.

Ji Hwon yang lebih dulu menemukan sosok Kyuhyun di dalam kamar itu. “Appa!!!” Ji Hwon berseru, dan berlari ke arah Kyuhyun yang sedang berdiri di depan meja, tempat berbagai peralatan Kyuhyun tersusun.

Mendengar suara Ji Hwon memanggilnya, Kyuhyun segera berbalik dengan jantung berdebar senang. “Ji Hwon-ah.” Segera Kyuhyun  mendantangi bocah itu, menarik Ji Hwon ke dalam gendongannya. “Bogoshiputta.” Gumam Kyuhyun begitu merasakan tubuh Ji Hwon di gendongannya.

“Aku juga merindukan appa.” Ji Hwon membalas pelukan Kyuhyun tak kalah erat. Kemudian menciumi seluruh wajah ayahnya, dan berakhir dengan ciuman bibir mereka.

Melihat anak dan suaminya saling melepaskan rindu, tak bisa dipungkiri Hye Hee, hal itu mermbuat ia begitu bahagia. Sepertinya saat ini ia ingin meledak karena rasa bahagia yang ia rasakan.

Kyuhyun menempelkan dahinya dengan dahi Ji Hwon, menatap wajah bocah itu dengan rasa rindu. “Mianhe, akhir-akhir ini appa tidak ada waktu bermain denganmu.” Ucapnya penuh sesal.

Ji Hwon menggeleng, “Appa nan gwencahana, aku tidak akan marah.” Jawa bocah itu mengerti. Perlahan-lahan Ji Hwon memang mulai memahami pekerjaan ayahnya yang membuat ia tidak bisa selalu bermanja dan bermain dengan pria itu.

Kyuhyun menarik dahinya terlepas dari dahi Ji Hwon, “Anak baik.” Katanya penuh rasa syukur. Meskipun menyesal tidak bisa menghabiskan banyak waktunya dengan Ji Hwon, Kyuhyun bersyukur karena bocah itu bisa mengerti keadaan mereka.

“Apa aku akan tetap jadi penonton?” Hye Hee bersuara setelah beberapa saat hanya terdiam membiarkan ayah dan anak itu saling melepaskan rindu.

Kyuhyun membalas senyum istrinya. Dengan Ji Hwon di gendongannya, Kyuhyun menghampiri Hye Hee, mencium dahi wanita itu lembut.

“Aku juga merindukanmu, sayang.” Ujar Kyuhyun setelah itu.

“Bagaimana keadaanmu, kau baik-baik saja?” Tanya Hye Hee. Ia bisa melihat sesuatu di wajah suaminya.

“Lebih baik ketika melihat kalian berdua.” Kyuhyun mencium Hye Hee kembali, meluapkan rasa syukurnya, karena wanita itu begitu memahami dirinya.

“Kenapa sekarang kau bertambah berat?” Kyuhyun bertanya pada Ji Hwon. Ia membawa bocah itu ke atas tempat tidur, lalu menurunkan bocah itu.

“Siwon samchon juga bilang begitu.” Ji Hwon berdiri di atas tempat tidur.

“Kalau begitu kau makan dengan baik?”

Ji Hwon membenarkan ucapan Kyuhyun, “Omma selalu membuatkan makanan apapun yang mau aku makan.”

“Haahh jadi kau mengabiskannya sendiri, dan tidak meninggalkannya untuk appa?” Kyuhyun menyipitkan matanya, berpura-pura kesal pada Ji Hwon.

“Omma membuatkannya untukku, aku tidak mau membaginya dengan appa.” Ji Hwon menyeringai lebar, melihat wajah kesal ayahnya.

“Kalau begitu, kau sudah bisa berduel dengan appa sekarang?” Kyuhyun memasang kedua tangannya di depan Ji Hwon.

“Tentu saja.” Ji Hwon melakukan hal serupa dengan Kyuhyun. Ia memasang kedua tangannya di depan, bersiap dengan serangan Kyuhyun.

Karena berdiri di atas tempat tidur, tinggi Ji Hwon hampir menyamai Kyuhyun yang berdiri di atas lantai di depan tempat tidur.

“Kau harus bisa mengalahkan appa, kalau tidak appa akan mengambil semua makananmu, termasuk ice cream milikmu.”

“Siapa takut. Aku akan mengalahkan appa.”

Ji Hwon melayangkan tinju mungilnya pada Kyuhyun, dan Kyuhyun segera menahan tinju bocah itu dengan kepalan tinjunya yang jauh lebih besar dari pada milik Ji Hwon.

“Ayo, kau tidak akan bisa mengalahkan appa.” Kyuhyun meninju pelan Ji Hwon di perut bocah itu, memancing bocah itu agar bergerak lebih cepat mengelak pukulannya.

“Aku yang akan menang.” Ji Hwon memukul Kyuhyun secara bertubi tidak mau mengalah pada ayahnya.

Pemandangan di depannya begitu berharga untuk tidak ia perhatikan. Hye Hee melipatkan kedua tangannya di dada, dan tersenyum melihat dan menunggu apa saja yang akan ayah dan anak itu lakukan.

Ji Hwon masih penuh semangat melayangkan tinju mungilnya, dan Kyuhyun sesekali akan bersikap kesakitan ketika tinju mungil itu lolos ke wajah atau lengannya. Ji Hwon akan tertawa puas, kalau ia berhasil membuat ayahnya kesakitan, dan kedua pria itu tertawa bersama.

Akhirnya Kyuhyun berpura-pura kalah, demi menyenangkan putranya.

“Yeee…. aku yang menang.” Ji Hwon melompat-lompat di atas tempat tidur. “Appa tidak akan bisa mengambil ice creamku.”

Melihat wajah bahagia putranya, Kyuhyun ikut tertawa. Momen kecil seperti ini begitu jarang ia lakukan dengan Ji Hwon, dengan keluarganya. Hingga rasanya sangat bahagia ketika ia bisa merasakannya walaupun hanya sebentar.

Kyuhyun menangkap tubuh Ji Hwon yang masih melompat girang di atas tempat tidur, lalu menjatuhkan tubuh bocah itu bersamaan dengan tubuhnya sendiri. Kemudian Kyuhyun menegakkan tubuhnya ke atas Ji Hwon, dan menggelitik bocah itu.

“Hahahaha appa, geli…” Ji Hwon bergerak-gerak geli di bawah tubuh Kyuhyun.

“Ini hadiah karena kau berhasil mengalahkan appa.” Bukannya mendengarkan permintaan Ji Hwon agar ia berhenti, Kyuhyun semakin gencar menggelitiki tubuh bocah itu.

“Hihihihi….” Ji Hwon berusaha menarik tangan Kyuhyun yang menggelitiki perutnya. “Appa geli..” bocah itu tertawa sampai mukanya merah, begitu juga dengan Kyuhyun, pria itu terus tertawa, sekencang dan sekeras Ji Hwon, hingga wajahnya tak lebih merah dari Ji Hwon.

Setelah puas menggelitik Ji Hwon, Kyuhyun berhenti lalu berbaring di samping bocah itu dan memeluk putranya erat.

Appa menyayangimu.” Bisiknya di telinga Ji Hwon.

“Aku juga sayang appa.” Balas Ji Hwon.

Kyuhyun melepaskan pelukan mereka, dan keduanya terlentang di atas tempat tidur, tertawa.

“Sudah puas bermainnya?” Hye Hee menghampiri kedua prianya di atas tempat tidur.

Ji Hwon berkeringat, rambutnya basah dan menempel di wajahnya. Kyuhyun juga berkeringat, namun tidak sebanyak Ji Hwon.

“Sini omma bersihkan keringatmu.” Hye Hee mendudukkan Ji Hwon di hadapannya, mengeluarkan tissue basah dari dalam tasnya,  lalu melap keringat bocah itu mulai dari wajah, kepala hingga leher.

“Jadi siapa pemenangnya?” Tanya Hye Hee sambil melap keringat Ji Hwon. Meskipun ia sudah tahu apa jawaban bocah itu, ia hanya ingin mendengar luapan bahagia Ji Hwon bisa bermain bersama ayahnya hari ini.

“Aku yang menang.” Ji Hwon berseru girang, mengarahkan tangannya pada Kyuhyun, “Dan appa kalah.”

Kyuhyun menangkap tangan Ji Hwon, dan berpura-pura menggigitnya. Dengan gemas. “Kali ini appa biarkan kau  menang.”

“Lain kali aku juga akan tetap menang.” Ujar Ji Hwon tidak mau mengalah.

Kyuhyun kembali menggigit tangan Ji Hwon, namun karena gemas dengan bocah itu, Kyuhyun benar-benar menggigitnya hingga bocah itu menjerit menangis.

“Huaaaaaa….”

Setelah Ji Hwon menjerit, baru Kyuhyun melepaskan gigitannya dan tertawa.

Omma….. huaaaaaa……” Ji Hwon memeluk Hye Hee dan menangis kencang di pelukan wanita itu.

Melihat Kyuhyun menertawakan Ji Hwon, Hye Hee juga ingin ikut tertawa, namun hal itu tidak ia lakukan. Ia membelai bahu Ji Hwon dan memenangkan bocah itu.

“Syusss… appa tidak sengaja melakukannya.” Ucapnya lembut, namun wajahnya tidak bisa menahan untuk tidak tertawa ketika melihat Kyuhyun yang masih saja menertawakan putranya yang menangis karena ulahnya.

“Huaaaaaaa.. aku benci appa….” Ji Hwon menarik kuat kaos yang Hye Hee kenakan, dan menangis di dada wanita itu.

Akhirnya Kyuhyun berhenti tertawa dan menempatkan wajahnya di wajah  Ji Hwon. “Ji Hwon-ah, appa mianhe, eoh? Appa tidak sengaja.” Ujarnya meminta maaf.

Shireo, appa jahat.” Ji Hwon menutupkan wajahnya ke dada Hye Hee dan menangis kencang.

Kyuhyun dan Hye Hee saling melihat dan tertawa tanpa suara.

Uljima…. appa hanya bercanda.” Kata Hye Hee, namun tidak membuat bocah itu diam, malah semakin kencang menangis.

“Ada apa? Kenapa Ji Hwon menangis?” Karena mendengar suara tangisan Ji Hwon, Siwon dan Leeteuk berlari ke dalam kamar Kyuhyun untuk melihat bocah itu.

“Apa yang terjadi.” Leeteuk mendekati Ji Hwon yang masih memeluk Hye Hee.

“Bermain dengan Kyuhyun, dan tidak  sengaja Kyuhyun menggigit tangannya terlalu keras.” Hye Hee menerangkan.

Hanya gelengan kepala yang bisa di lakukan Leeteuk dan Siwon. Apalagi wajah Kyuhyun tidak terlihat menyesal, malah menikmati tangisan putranya karena ulahnya.

“Ji Hwon-ah, kajja kita tinggalkan saja appamu.” Leeteuk menarik tubuh Ji Hwon dengan lembut dari Hye Hee, lalu menggendongnya. “Sudah jangan menangis lagi.” Leeteuk menyandarkan wajah Ji Hwon di lehernya.

Ji Hwon menangis sampai terisak, dan Kyuhyun tidak menyesal sedikitpun dan terus tertawa hingga Hye Hee mencubit lengan pria itu dan menyuruhnya berhenti tertawa agar Ji Hwon bisa berhenti menangis.

“Mana tanganmu yang sakit?” Tanya Leeteuk.

Masih terisak Ji Hwon menunjukkan tangannya yang memerah akibat gigitan Kyuhyun. Leeteuk mengembus tangan bocah itu, “Sudah sebentar lagi pasti sembuh.” Katanya menenangkan, merapatkan kembali wajah Ji Hwon di lehernya dan mengelus bahu bocah itu.

“Ayo kita keluar saja, kita beli ice cream dan tidak usah pedulikan appamu.” Siwon menawarkan pada Ji Hwon. Bocah itu mengangguk setuju, lalu Leeteuk dan Siwon membawanya keluar dari kamar Kyuhyun.

Kyuhyun masih terus tertawa, bahkan setelah Ji Hwon di bawa keluar oleh Leeteuk dan Siwon.

“Berhentilah tertawa.” Hye Hee menepuk bahu pria itu. “Kau sudah membuat anakmu menangis, bukannya menyesal malah tertawa.”

“Kau juga tertawa.”

“Itu karena aku tidak tahan melihat dia menangis dan kau yang tertawa.”

Kyuhyun melompat dari tidurnya, hingga tubuhnya duduk tepat di samping Hye Hee. “Semakin hari dia semakin pintar dan menggemaskan, dan yang paling penting dia semakin tidak mau mengalah.”

“Sama sepertimu.” Hye Hee menyahuti dan menambahkan, “Tidak mau mengalah.”

Like father like son.” Kyuhyun menggumam bangga.

Hye Hee mengambil tissue basah, dan melap wajah Kyuhyun yang berkeringat. “Yaahh sepertinya memang begitu, like father like son.” Kyuhyun mendesah membenarkan. Segala sesuatu di dalam diri Ji Hwon memang benar-benar milik Kyuhyun, tidak ada yang berbeda sedikitpun. “Dia hanya terlihat sepertiku ketika baru lahir hingga berumur delapan bulan, setelah itu sepenuhnya dia hanya menirumu.”

Kyuhyun menengadahkan kepalanya, karena Hye Hee melap leehrnya yang basah oleh keringat. “Itu artinya aku lebih dominan.” Kyuhyun terkekeh.

“Sudah.” Hye Hee menyuruh Kyuhyun menurunkan kepalanya karena ia sudah selesai membersihkan leehr pria itu.

“Terimakasih sayang.” Kyuhyun mengecup bibir Hye Hee.

“Aku membawakan kimbab seperti pesananmu, ayo kita makan siang.” Hye Hee berdiri dan mengulurkan tangannya mengajak Kyuhyun.

Bukannya menyambut uluran tangan wanita itu, Kyuhyun malah menarik tangan Hye Hee, hingga wanita jatuh terduduk kembali ke tempat tidur.

“Makanannya akan dingin.” Hye Hee mengingatkan.

“Sebentar saja.” Menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, Kyuhyun menarik Hye Hee mendekat dengan dirinya, memeluk wanita itu. “Aku belum melepaskan rindu padamu.”

“Masih banyak waktu untuk melepaskan rindu sayang.” Hye Hee menyandar manja di dada Kyuhyun. Kyuhyun mendekap kepalanya, menekan wajahnya hingga ke dada pria itu.

Tidak ada sahutan dari Kyuhyun, ia hanya diam, memeluk Hye Hee, menciumi kepala dan bahu wanita itu.

“Kau baik-baik saja?” Hye Hee bergumam di dada Kyuhyun. Ia tahu Kyuhyun sedang menahan sesuatu. “Ceritakan padaku.”

Hye Hee merasakan gelengan kepala Kyuhyun di bahunya.

“Kau mengingat kejadian itu?” Tanya Hye Hee pelan, dan ragu.

Suaminya hanya diam, masih tetap memeluk dan menciuminya.

“Kyu…” Hye Hee memaksa lepas dari pelukan Kyuhyun, “Hey… kau bisa menceritakan apapun padaku, sayang.” Hye Hee menangkup pipi kanan Kyuhyun, dan mengelusnya dengan ibu jarinya. “Kau teringat kembali kejadian itu?”

Kyuhyun mengangguk, “Berita kecelakaan itu membuat aku mengingat kembali luka lama itu.” Akhirnya Kyuhyun bersuara. “Aku bisa merasakan sakitnya kembali.”

Jantung Hye Hee berdenyut mendengar nada terluka di suara Kyuhyun.

“Hari itu selalu tersimpan rapi di dalam hatiku, dan saat melihat orang lain mengalami hal yang sama sepertiku saat itu, aku seperti merasakannya kembali, rasa sakit, sedih, dan parahnya mereka kehilangan.”

Wajah bahagia Kyuhyun beberapa saat lalu, kini berganti menjadi wajah cemas, takut, sedih dan sakit. Semuanya tergambar di wajah pria itu.

“Aku menyesal karena saat itu aku belum mengenalmu.” Hye Hee masih terus membelai wajah tirus suaminya. “Andai saat itu aku sudah mengenalmu, aku akan berusaha membantumu melewati hari burukmu.”

Hye Hee menarik wajah Kyuhyun, lalu mencium bibir suaminya itu dengan penuh perasaan. “Tapi aku berterimakasih pada Tuhan, karena dia memberikanmu kesempatan kedua, dan membiarkan aku menjadi bagian dari dirimu. Mungkin aku tidak akan pernah merasakan apa yang kau rasakan saat itu, tapi aku bisa membayangkan bagaimana kau berjuang melawan maut saat itu.”

“Dan aku juga berterimakasih padamu.” Bisik Hye Hee.

“Untuk?”

“Karena kau bertahan untuk kembali,” Rasa syukur itu tidak bisa ia gambarkan, betapa Hye Hee sangat bersyukur saat ini ia bisa memeluk pria luar biasa di dalam hidupnya, pria yang menjadi sumbu hidupnya, tempatnya berotasi.

Hye Hee menjatuhkan tubuhnya ke atas dada Kyuhyun, memeluk Kyuhyun, dan mencium dada Kyuhyun, dimana jantung pria itu berdebar keras. “Aku senang mendengar organ ini terus berdetak, dan aku berharap sampai aku menua, aku akan tetap mendengar debaran indah ini.”

“Pasti sayang, pasti.” Kyuhyun memeluk erat istrinya, meluapkan rasa sayangnya lewat pelukan yang begitu banyak mereka lewatkan karena kesibukan mereka.

Tanpa Hye Hee sadari sudut-sudut matanya sudah berair. Ia tidak tahu untuk apa airmata itu, untuk kesedihannya, untuk kesedihan yang pernah di rasakan suaminya, atau untuk kebahagiaan yang menanti mereka.

“Sepertinya kita harus keluar sekarang, tidak enak meninggalkan Ji Hwon terlalu lama dengan para sachon.” Hye Hee menarik diri dari pelukan Kyuhyun dan menyeka air matanya.

Baru saja akan bangkit dari tempat tidur, Kyuhyun sudah menarik kembali tangan Hye Hee, dan wanita itu kembali duduk.

“Kenapa lagi?”

“Berjanjilah satu hal, kau dan Ji Hwon akan selalu baik-baik saja.”

Hye Hee tersenyum, melepaskan tangan Kyuhyun lembut dari pergelangan tangannya, “Kyu…”

Please…” Kyuhyun mengeratkan pegangannya, “Berjanjilah.”

Hye Hee mengangguk menyanggupi, “Ya, aku berjanji. Aku dan Ji Hwon akan baik-baik saja, kau puas?”

Kyuhyun menariknya lagi dan memeluknya, mencium kepala wanita itu berkali-kali. “Aku tidak akan bisa bertahan jika sesuatu terjadi pada kalian.” Bisik Kyuhyun.

“Tidak akan terjadi apa-apa, percaya padaku dan Ji Hwon.” Hye Hee balas berbisik meyakinkan pria itu, bahwa semuanya akan selalu baik-baik saja. “Kita akan terus bersama.”

“Ya, terus bersama.” Gumam Kyuhyun, lalu melumat bibir Hye Hee.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

“Ya… kenapa kau meminum punya samchon?” Eunhyuk memekik dengan tangan teracung pada Ji Hwon. Bocah itu sedang menyedot susu strawberry miliknya.

Bukannya berhenti menyedot susunya, Ji Hwon malah semakin kencang menyesap susu manis itu, hingga mulutnya mengerut kecil bergerak-gerak menarik sedotan.

“Cho Ji Hwon… kenapa kau meminum susuku?”

Akhirnya Ji Hwon melepaskan sedotannya, memperlihatkan botol susu yang tinggal separuh, “Leeteuk samchon yang memberikannya padaku.”

“Kenapa Leeteuk samchon memberikannya padamu?” Eunhyuk bertanya tidak terima.

“Tadi dia menangis setalah bertengkar dengan ayahnya,” Leeteuk datang dari arah belakang, membuat Eunhyuk berputar melihat pria itu. “Kita tidak punya ice cream, ya sudah aku berikan saja susumu.”

“Kau bertengkar dengan ayahmu?” Eunhyuk berubah simpati pada bocah itu, ia duduk di sebelah Ji Hwon.

“Appa menggigit tanganku.” Ji Hwon menunjukkan tangan kanannya yang di gigit Kyuhyun dengan wajah sedih yang ia buat.

“Astaga Cho Kyuhyun, sudah punya anak masih saja bertingkah seperti anak lima tahun.” Eunhyuk menggeleng-geleng frustasi. “Tega sekali dia menggigit tanganmu.” Eunhyuk mengelus permukaan tangan Ji Hwon yang masih terdapat bekas gigitan Kyuhyun.

“Sebagai gantinya aku berikan ini untuk samchon.” Ji Hwon membongkar lagi isi kantongan kertas yang di bawa ibunya.

“Apa ini?” Eunhyuk mengangkat kotak bekal persegi berwarna hijau.

“Itu puding oatmeal dan buah-buahan oppa.”

Hye Hee dan Kyuhyun baru saja keluar dari dalam kamar pria itu, Kyuhyun menggenggam tangannya, dan bersandar manja di bahu wanita itu.

“Aku sendiri yang membuatnya, tenang saja aku tidak menambahkan racun disana.” Kelakar Hye Hee.

“Kalau kau yang membuatnya aku percaya.” Eunhyuk membuka kotak bekal itu, potongan-potongan puding berwarna warni langsung memenuhi matanya.

“Wahh apa itu, kelihatannya enak.” Sungmin yang baru saja tiba datang dari arah dapur langsung mengambil sepotong puding, “Benar-benar enak, aku mau lagi.”

“Ini punyaku,” Eunhyuk menjauhkan kotak bekal itu.

“Wah benar memang enak.” Tanpa sepengetahuan Eunhyuk, Donghae datang dan mengambil potongan puding.

“Aku mau…” Ryeowook berlari mendekat dan langsung mengambil satu potong untuk dirinya.

Keumanhee…” Eunhyuk berdiri lalu menutup kotak bekal berisi puding itu. “Ini punyaku, Ji Hwon dan aku saling bertukar, aku memberikan dia susuku, dan dia memberikan puding ini untukku.”

“Tapi pudingnya untuk semua samchon.” Ji Hwon menyahut spontan. “Kata omma itu untuk semua samchon bukan untuk Eunhyuk samchon saja.”

“Lalu kenapa kau bilang ingin memberikan ini untukku?” Eunhyuk melotot kesal pada Ji Hwon.

Ji Hwon menggosok telinganya. “Agar samchon tidak berisik.”

“Dasar kau ini….” Eunhyuk berpura-pura ingin memukul Ji Hwon.

Appa…..” Ji Hwon menjerit dan berlari pada ayahnya.

Kyuhyun menyambut Ji Hwon yang berlari ke arahnya dan memeluk bocah itu.

“Bukankah kau  masih marah pada ayahmu?” Tanya siwon, tidak yakin dengan posisi Ji Hwon yang saat ini sedang di gendongan ayahnya.

Ji Hwon menatap wajah ayahnya sejenak, lalu menggeleng pada Siwon.

“Mana bisa dia marah terlalu lama dengan ayahnya.” Kata Hye Hee menatap maklum anak dan suaminya. Bertengkar, menangis dan berbaikan dalam hitungan menit, itulah Kyuhyun dan Ji Hwon.

“Masih kesal?” Tanya Kyuhyun menyedot susu yang ada di tangan Ji Hwon.

Ji Hwon menggeleng, “Tidak.” Ia membiarkan ayahnya meminum susu miliknya, kalau orang lain yang melakukannya, ia akan mengamuk, namun kalau Kyuhyun, ia akan rela berbagi.

“Aku rasa kalau setiap hari bersama mereka, aku akan gila.” Eunhyuk bergumam lemas, pasangan ayah dan anak di depannya membuatnya pening, padahal baru sebentar mereka bersama.

“Kau seperti baru mengenal Kyuhyun dan Ji Hwon saja.” Leeteuk menepuk bahu Eunhyuk.

Eunhyuk menelengkan kepalanya pada Leeteuk, “Semakin hari mereka semakin membuatku pusing hyung.”

“Seharusnya Hye Hee yang lebih pusing, kenapa kau yang pusing.” Tukas Sungmin.

“Sungmin hyung benar.” Siwon menimpali. “Sebaiknya kau ikhlaskan saja satu botol susumu.” Siwon menepuk bahu pria itu prihatin.

Hye Hee hanya tertawa mendengar perbincangan Eunhyuk, Siwon dan Leeteuk tentang anak dan suaminya. Siapapun yang mengenal mereka akan pusing dengan sikap Kyuhyun dan Ji Hwon yang bisa akur dan bermusuhan dalam waktu yang sama.

Ji Hwon sangat mencintai Kyuhyun, namun juga menganggap Kyuhyun sebagai musuhnya. Sejak kecil ia selalu antusias setiap kali bersama Kyuhyun, tidak akan pernah bisa lepas dengan pria itu, jika Kyuhyun sudah menggendongnya, dan hal itu berlanjut sampai sekarang.

“Acaranya mulai.” Ryeowook baru saja mengganti chanel televisi ke siaran musik yang menampilkan performance mereka.

Semuanya mendadak diam, menonton acara yang mereka hadiri pagi tadi, dan saling mengomentari penampilan masing-masing.

“Wuahh aku  terlihat sangat tampan disitu.”Donghae mengomentari dirinya sendiri.

Eunhyuk yang mendengar merasa tidak mau kalah, “Aku juga kerena, lihat rambutku, aigoo…” Eunhyuk membelai rambutnya sendiri.

“Aku juga bisa seperti itu.”

Semua mata memelotot ke arah satu sumber suara, begitu suara itu terdengar. Ji Hwon mengatakan sesuatu yang membuat semua orang menatapnya, termasuk Hye Hee dan Kyuhyun.

“Kau bisa apa?” Tanya Ryeowook.

“Aku bisa menari seperti itu.” Telunjuk Ji Hwon mengarah pada televisi dimana ayahnya dan seluruh samchonnya sedang beraksi di atas panggung membawakan lagu baru dari album terakhir mereka.

“Cho Ji Hwon, kau membual eoh?” Eunhyuk mencibir.

“Aku bisa.” Ji Hwon berdiri di depan semua orang, dengan sikap meyakinkan.

“Coba tunjukkan.” Tantang Kyuhyun.

Dengan gaya bocahnya, Ji Hwon berdiri di depan televisi, melihat sejenak gerakan yang di lakukan Super Junior di atas panggung, dan setelahnya, bocah itu bergerak-gerak sendiri berusaha mengikuti gerakan dari lagu Mamacita yang sedang di tayangkan.

Hye Hee menutup mulutnya segera agar tidak tertawa melihat gerakan Ji Hwon yang sangat tidak mirip sama sekali. Bocah itu menggerak-gerakkan pantatnya, lalu tangannya bergerak tidak tahu entah kemana, begitu juga dengan kakinya. Satu-satunya hal yang tepat ia lakukan ialah memukul kepala dengan telapak tangannya.

Ternyata bukan hanya Hye Hee yang menahan tawa, seluruh orang di ruangan itu menjadikan Ji Hwon tontonan yang menghibur. Tidak menyalahkan, namun terus membiarkan bocah itu melakukan sesukanya.

Kyuhyun  bertepuk tangan menyemangati, “Good job boy, itu baru anak appa.” Kyuhyun  melayangkan tos mereka di udara.

“Aku bisa kan, appa?” Tanya Ji Hwon meminta penilaian Kyuhyun, ia seperti tidak peduli dengan tanggapan orang lain.

“Ya, kau hebat.” Komentar Kyuhyun semakin menyemangati.

Eunhyuk bertepuk tangan, “Mau menari bersama samchon?” tawar Eunhyuk.

Appa juga.” Kyuhyun juga menawarkan diri.

“Ayo kita menari bersama.” Akhirnya Leeteuk mengajak semuanya bergabung.

Ruang televisi itu seketika di hiasi oleh gelak dan tawa. Semuanya bergerak melakukan tarian konyol. Eunhyuk berusaha mengajarkan sesuatu yang  benar pada Ji Hwon, namun bocah itu tidak bisa sepenuhnya menerima, hanya beberapa yang ia bisa.

Aniya bukan begitu, seperti ini.” Eunhyuk mengajarkan dan Ji Hwon mengikuti dengan gayanya.

Hye Hee duduk di sofa ruang televisi, merekam setiap momen yang terjadi di ruangan itu. tawa lepas semua member dan tawa lepas anak dan suaminya. Semuanya ia abadikan di satu tempat.

“Lihat bagaimana appa melakukannya.” Kyuhyun memaksa Ji Hwon  melihat gerakannya yang sedang melompat.

Ji Hwon ikut melompat dan terjatuh, bukannya menagis bocah itu malah tertawa, hingga memancing seluruh orang untuk tertawa karenanya. Kemudian ia bangkit lagi dan menari kembali, mengikuti Kyuhyun yang masih menari bersamanya, sementara Leeteuk, Heechul, Siwon, Donghae, Eunhyuk, Sungmin, Kangin, Shindong, Ryeowook dan Hye Hee hanya menjadi penonton dan tertawa melihat aksi konyol bocah itu bersama ayahnya.

Banyak hal yang terjadi hari ini, meskipun hanya hal kecil, namun akan terasa besar jika di lakukan dengan orang-orang terkasih. Yang terpenting adalah, bagaimana kita menghargai setiap momen kebersamaan itu, dan Hye Hee sangat bersyukur, karena ia di berikan kesempatan untuk bisa berbahagia bersama suaminya Cho Kyuhyun dan putra mereka Cho Ji Hwon.

 

 

 

 

 

***END***

 

 

 

 

No word I can say,Cuma mau jelasin dikit aja kalau panggilan Ji Hwon ke member yang lain aku ganti udah itu aja, rasanya kalau pake samchon lebih deket aja gitu. Terus kalau ceritanya membosankan, maafkanlah saya yang masih dalam tahap belajar ini. ^^

p.s. typo everywhere