Different

 

 

Warning : Typo As Usual

 

 

 

 

Pria itu berlari di sepanjang lorong rumah sakit, matanya mencari-cari nomor ruangan yang sudah ia hapal begitu nomor ruangan itu di beritahukan padanya.

 

Langkahnya terhenti di depan ruangan bernomor 203 itu, dan begitu menyadari nomor ruangan itu sedikit sudut bibirnya tertarik mengulas senyuman pahit.

 

Nomor itu adalah gabungan dari tanggal dan bulan lahirnya. Angka itu selalu menjadi angka kemujuran bagi seseorang, setidaknya begitulah yang gadis itu katakan. Pikirannya mundur beberapa waktu dimana gadis itu mengakui bahwa ia selalu menggunakan angka kelahirannya untuk keberuntungan gadis itu sendiri.

 

“203? Apa maksudnya?” Pria itu bertanya pada gadis yang masih di penuhi oleh peluh setelah berlatih balet.

 

Gadis itu tersenyum lalu meraih gantungan kunci mobilnya yang berada di tangan Kyuhyun. “Kau tidak menyadarinya?”

 

Kyuhyun menggeleng.

 

“203.” Telunjuk ramping gadis itu menekan deretan angka yang sengaja ia pesan dari seorang pengrajin kayu. “Ini tanggal dan bulan lahirmu. Tiga februari.” Terang gadis itu tersenyumlebar.

 

Kyuhyun meraih kembali gantungan kunci itu ke dalam tangannya. “Kenapa kau menggunakan tanggal lahirku sebagai gantungan kuncimu?”

 

“Karena itu tanggal keberuntunganku.” Jawab gadis itu terus tersenyum.

 

Dahi Kyuhyun berkerut-kerut. “Shin Hye Hee, bukankah seharusnya tanggal lahirmu yang kau jadikan tanggal keberuntungan?”

 

Telunjuk Hye Hee menekan dahi Kyuhyun yang berkerut. “Aku tidak suka kau mengerutkan dahi seperti ini. Kau seperti orang tua jika mengerutkan dahi.”

Kyuhyun tertawa pelan, merasakan sentuhan lembut jari Hye Hee di dahinya. “Maafkan aku, aku lupa.”

 

“Di maafkan,” Hye Hee mengecup dahi Kyuhyun yang sudah tidak berkerut lagi. “Alasan kenapa aku menjadikan angka kelahiranmu sebagai angka keberuntunganku adalah, karena kau adalah keberuntungan dalam hidupku. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung setelah aku memilikimu.” Mata Hye Hee menatap jauh ke dalam mata Kyuhyun.

 

Kyuhyun juga melakukan hal yang sama, menatap mata gadisnya. Ia tidak pernah bosan menatap wajah cantik itu setiap hari. Meskipun di penuhi oleh peluh, tak mengurangi sedikitpun kadar kecantikan kekasihnya itu. “Aku tersentuh dengan pengakuanmu, nona balerinaku.” Kyuhyun mengecup bibir kekasihnya itu lembut.

 

“Terimakasih tuan presdirku.” Hye Hee balas mengecup Kyuhyun. “Apa aku terlihat cantik?” Tanya gadis itu sambil merapikan rambutnya yang tidak tergelung.

 

“Kau selalu cantik sayangku.” Jawab Kyuhyun jujur. “Sekarang ambil perlengkapanmu agar kita bisa segera pulang. Studio balet ini sangat menyeramkan jika kosong seperti ini.” Gerutu Kyuhyun.

 

“Tunggu sebentar aku mengganti baju latihanku dulu.” Hye Hee bangkit menuju lokernya untuk menggantikan baju latihan baletnya, sebelum pulang dengan Kyuhyun.

 

Kyuhyun kembali kemasa saat ini. Ia sudah berdiri tegak di depan ruang perawatan itu, tangannya sudah berada di handle pintu, tinggal menekannya maka pintu itu akan terbuka, dan ia akan bisa kembali melihat wajah gadis itu setelah satu tahun berlalu.

 

Butuh waktu satu tahun untuk Kyuhyun bisa kembali menemukan keberadaan gadis itu. Hye Hee menghilang di tengah-tengah persiapan pernikahan mereka. Padahal saat itu gadis itu juga tengah mempersiapkan penampilan perdananya di panggung internasional sebagai balerina, dan setelah itu mereka akan menikah.

 

Namun rencana indah itu hancur begitu saja, hanya setelah Shin Hye Hee menghilang bagai di telan bumi. Dan akhirnya setelah penantian panjang ia bisa kembali menemukan Hye Hee, meskipun bukan pertemuan indah seperti yang ia harapkan, setidaknya ia bisa melihat gadis itu.

 

Pagi ini tiba-tiba saja sebuah nomor asing meneleponnya. Awalnya Kyuhyun tidak ingin menjawab panggilan itu. Namun karena terus menerus di telepon akhirnya Kyuhyun menjawab telepon tersebut.

 

Panggilan itu dari rumah sakit dimana Hye Hee selama ini bersembunyi di dalam kelamnya tembok rumah sakit untuk mengatasi penyakitnya. Hye Hee menderita kanker tulang sejak satu setengah tahun yang lalu, dan gadis itu tidak pernah mengatakan apapun padanya.

Hye Hee lebih memilih menghilang dari jarak pandangnya, menutup akses dirinya untuk bertemu dan menutup mulut kedua orang tua gadis itu agar tidak mengatakan apapun padanya.

 

Air matanya terdorong ingin mengalir, namun Kyuhyun segera mengatasinya. Ia menarik napasnya dalam, lalu mengembuskannya perlahan, bersamaan dengan ia membuka pintu ruangan itu.

 

Sorot matanya langsung tertuju pada sosok gadis itu. Hye Hee duduk di atas ranjang rumah sakit, wajah gadis itu berpaling ke arah jendela rumah sakit, menatap keluar dimana pepohonan bertiup di bawah awan cerah yang saling beriringan. Lama Kyuhyun menikmati wajah gadis itu, sebelum akhirnya masuk untuk mendekati gadis itu.

 

Sadar dengan aroma maskulin yang menggelitik indra penciumannya, Hye Hee menutup matanya menikmati aroma itu dan kepalanya bergerak dengan pelan ke arah datangnya aroma itu.

 

Perlahan Hye Hee membuka matanya, dan penciumannya memang tidak salah. Aroma itu adalah aroma prianya, aroma yang paling ia sukai di seluruh dunia, aroma tubuh Cho Kyuhyun. “Aku tahu kau pasti akan datang.” Gumamnya dengan mata berkaca-kaca.

 

“Ya, aku datang.” Ujar Kyuhyun pelan.

 

“Bagaimana kabarmu?” Hye Hee sudah tersenyum kepadanya, masih dengan mata yang berkaca-kaca.

 

“Aku baik.” Jawab Kyuhyun. Tubuh Kyuhyun bergetar terkejut melihat kondisi Hye Hee saat ini. Gadis itu jauh dari kata baik.

 

“Kemarilah.” Hye Hee menepuk ruang kosong di tempat tidurnya, meminta Kyuhyun duduk di tempat itu.

 

Kyuhyun mengikuti perintah gadis itu, ia duduk di tempat yang Hye Hee minta.

 

“Maaf karena aku meminta rumah sakit meneleponmu pagi ini.” Tatapan Hye Hee tidak bisa lepas dari wajah Kyuhyun. “Kudengar kau akan menikah, jadi aku ingin mengucapkannya secara langsung, tapi keadaanku tidak memungkinkan untukku datang ke acara pernikahanmu, makanya aku memintamu datang kemari.”

 

Dada Kyuhyun sesak, ia tidak mampu bersuara. Yang bisa ia lakukan hanyalah memuaskan matanya menatap gadis di hadapannya. Hye Hee banyak berubah. Tubuhnya sangat kurus, saking kurusnya Kyuhyun dapat melibat setiap tonjolan tulang wanita itu. Termasuk tonjolan di tulang pipinya, namun gadis itu tetap memikat baginya.

 

Tidak ada lagi rambut indah gadis itu, kini Hye Hee mengenakan topi rajut berwarna cream untuk menutupi kepalanya.

 

“Rambutku rontok karena kemoterapi,” Hye Hee menyadari tatapan Kyuhyun di kepalanya. “Aku malu bertemu denganmu, dengan kepala tanpa sehelai rambutpun, makanya aku pakai topi ini.”

 

Kyuhyun memperbaiki letak topi Hye Hee, “Kau tetap terlihat cantik.” Gumamnya.

 

“Benarkah?”

 

Kyuhyun mengangguk, “Kau akan selalu cantik dimataku.”

 

Hye Hee tersenyum malu karena pujian Kyuhyun. Sudah lama ia tidak mendengar pujian pria itu. “Terimakasih kau sudah mau datang menemuiku.” Kata Hye Hee dengan suara lembut. “Aku kira kau marah dan tidak akan mau menemuiku.”

 

“Aku memang marah padamu.” Jawab Kyuhyun.

 

“Hal yang wajar kalau kau marah.” Hye Hee tersenyum memaklumi. “Aku adalah wanita yang sudah mencampakkanmu, di saat hari pernikahan kita sudah di depan mata.”

 

“Bukan hanya pernikahan kita, kau juga mencampakkan mimpimu untuk berdiri di panggung dunia sebagai balerina berbakat.” Sahut Kyuhyun.

 

Mimpi-mimpi indah itu kembali melintas di hadapan Hye Hee. Hari-hari persiapan pernikahannnya, serta latihan kerasnya untuk bisa mengikuti kejuaran dunia sebagai balerina.

Mengingat kenangan indah itu, setetes air mata berhasil lolos dari kelopak matanya. “Kalau aku bisa, aku tidak akan mencampakkanmu dan juga mimpiku.” Katanya sembari tersenyum, di iringi dengan lelehan air mata yang semakin deras. “Kau ingat malam itu aku menemui dan kita menghabiskan malam bersama?”

 

Kyuhyun mengangguk. Ia tidak akan bisa melupakan waktu terakhir yang ia habiskan bersama gadis itu.

 

“Siang itu dimana dokter mengatakan bahwa kanker itu sudah naik ke stadium lebih lanjut, dan aku harus menjalani terapi untuk memperlambat penyebarannya. Aku merasa duniaku hancur saat itu juga. Bagaimana aku bisa tetap menjadi seorang balerina, jika di kakiku bersarang penyakit yang sangat mematikan, dan bagaimana aku bisa menjadi seorang istri dengan kondisi kaki yang tidak berdaya.”

 

“Lalu kenapa kau tidak mengatakanya padaku?” Kyuhyun memotong ucapan Hye Hee.

 

“Aku tidak bisa,” Hye Hee menggeleng. “Penyakit ini begitu cepat menggerogoti sel dalam tubuhku. Aku hanya menyadarinya enam bulan sebelumnya, awalnya aku mengira penyakit ini akan sembuh jika aku terus meminum obat, ternyata obat saja tidak cukup, hingga akhirnya dokter mengatakan bahwa kanker itu sudah menyebar ke bagian tubuhku yang lain, bukan hanya tulang kakiku saja.”

 

“Seharusnya kau mengatakannya padaku, kita bisa melewatinya bersama.” Ujar Kyuhyun berkeras.

 

Hye Hee menangkup wajah Kyuhyun dan menggeleng. “Aku tidak ingin kau menderita bersamaku, cukup aku yang merasakannya.”

 

“Tapi aku ingin merasakannya,” Kyuhyun menghapus air mata Hye Hee. “Penderitaanmu, aku ingin kau membaginya denganku.”

 

“Kalau aku membagi penderitaanku padamu, kau tidak akan pernah menemui kebahagianmu.” Kedua ibu jari Hye Hee membelai pipi Kyuhyun. Ia rindu rasa kulit pria itu di kulitnya. Ia rindu rasa pria itu. “Aku sangat senang saat omma mengatakan kau akan menikah.” Gumam Hye Hee sambil terus membelai pipi Kyuhyun. “Akhirnya kau berhasil melupakanku, dan menemukan wanita yang bisa membahagiakanmu.”

 

Kepala Kyuhyun menggeleng protes. “Aku tidak akan pernah melupakanmu, tidak akan pernah bisa.”

 

“Siapa wanita yang mampu merebut keberuntunganku?” Tanya Hye Hee tanpa sedikitpun terluka.

 

“Namanya Han Seo Jung.” Jawab Kyuhyun tertunduk. “Omma mengenalkannya padaku enam bulan yang lalu.”

 

“Aku yakin dia wanita yang baik, karena dia mampu membuat keberuntunganku menikahinya.” Tidak terlihat sedikitpun kesedihan di wajah Hye Hee saat ia membahas wanita yang akan menjadi pendamping Kyuhyun. “Apa dia gadis yang cantik?”

 

“Ya, dia gadis yang cantik. Tapi kau jauh lebih cantik.” Kyuhyun tidak pernah puas menatap wajah pucat gadisnya. Rasanya setiap detik yang ia nikmati begitu berharga, hingga ia berharap waktu berhenti berputar.

“Boleh aku memelukmu?” Tanya Hye Hee.

 

“Eum…” kyuhyun melebarkan tangannya, mengundang Hye Hee ke dalam pelukannya, dan gadis itu pun segera memeluknya dengan erat.

 

“Aku benar-benar bahagia untuk pernikahanmu. Dengan begini aku bisa pergi tanpa rasa bersalah padamu.” Hye Hee berbisik pelan di bahu Kyuhyun, tangannya membelai punggung pria itu dengan gerakan memutar.

 

“Kau tidak akan pergi kemana-mana.” Kyuhyun menangis, butiran kasar air matanya menetes membasahi baju Hye Hee. “Kau akan terus disini bersamaku, dan kau akan melihat anak-anak kita tumbuh di dekatmu.”

 

Setiap tetesan air mata Kyuhyun yang jatuh ke bajunya, di jadikan Hye Hee sumber ke kuatannya. Ia tidak ingin menangis lagi, sudah cukup ia menangis di awal pertemuan mereka. Ia hanya ingin terlihat tegar dan tenang di detik-detik terakhirnya.

 

“Musim panas tahun depan kau pasti sudah menjadi ayah.” Ujar Hye Hee tersenyum sambil membayangkan. “Aku tidak sabar menantikan hari itu, ketika kau menjadi ayah.”

 

Kyuhyun menganggukkan kepalanya dan tangisannya semakin deras, ia menutup mulutnya dengan tangan agar suara tangisannya tidak pecah.

 

Hye Hee merasa tubuhnya semakin lemah. Ia melepaskan pelukannya dengan Kyuhyun. “Sssttt…. uljima.” Hye Hee menarik telapak tangan Kyuhyun untuk menghapus air mata di wajah pria itu sendiri. “Calon pengantin di larang menangis.”

 

Kyuhyun menarik napasnya yang tercekat air mata, dan kembali menyeka sisa air matanya sendiri. Ia memaksakan bibirnya mengulas senyum.

 

“Kapan pernikahannya di adakan?” Tanya Hye Hee.

 

“Minggu depan. Kau datangkan?”

 

“Aku akan datang.” Hye Hee mengangguk. “Meskipun kau tak melihat ragaku, jiwaku ada di sana bersamamu.”

 

Setiap kali Hye Hee berbicara, Kyuhyun tidak bisa mengendalikan laju air matanya. Ia terus menangis, meskipun ia tidak ingin.

 

Hye Hee menggosok tangan Kyuhyun yang basah karena air mata, lalu menggenggam kedua telapak tangan pria itu erat.”Sampaikan salamku pada eommonim, abeonim, dan pada Seo Jung juga. Katakan padanya aku menitipkan keberuntunganku padanya di kehidupan ini, tapi di kehidupan yang akan datang aku akan mengambilnya kembali.”

 

“Akan aku sampaikan.” Ujar Kyuhyun di sela isakannya.

 

“Kyuhyun-ah, kau harus tahu aku bahagia bersamu.” Hye Hee kembali mengunci tatapannya di mata Kyuhyun. “Bagian terbaik dalam hidupku adalah, ketika aku bisa mencintaimu dan menghabiskan waktuku bersamamu.”

 

Tetesan air mata kembali membasahi wajah Kyuhyun. Hye Hee menghapus aliran air mata di wajah pria itu, membuat pria itu menutupkan matanya menikmati setiap sentuhan Hye Hee di wajahnya.

 

“Hingga di detik terakhirku, aku begitu bahagia karena aku bisa melewatkannya denganmu.” Belaian jemari Hye Hee semakin lemah, karena tubuhnya sendiri juga sudah tidak kuat untuk melakukan apapun. Dan sebelum ia kehilangan kesempatannya, ia mencium bibir pria itu.

“Kau keberuntunganku, dan aku bahagia bersamamu.” Tangan Hye Hee meluncur jatuh dari wajah Kyuhyun.

 

Mata Kyuhyun terbuka, dan ia langsung menangkap tangan Hye Hee, menggenggamnya erat.

 

“Mau membantuku? Tolong baringkan aku.” Pinta Hye Hee lemah.

 

Kyuhyun membaringkan tubuh ringkih Hye Hee, lalu menyelimuti tubuh itu.

 

“Bisa aku meminta tolong sekali lagi?”

“Apapun sayang, apapun.” Kyuhyun tahu gadis di depannya ini akan pergi, dan ia ingin melakukan yang terbaik untuk gadis itu. Ia sudah menyiapkan hatinya.

 

Bibir pucat Hye Hee tersenyum, “Maukah kau menggenggam tanganku sampai aku tertidur?”

Kyuhyun menggangguk sambil menahan tangisan. Ia menarik tangan dingin Hye Hee, mengenggamnya erat. “Tanganmu dingin sekali.” Ujarnya.

 

“Itulah kenapa aku ingin kau mengenggamnya agar tanganku kembali hangat.” Perlahan kelopak mata Hye Hee berubah sayu, namun gadis itu terus tersenyum padanya.

 

“Di masa depan kau harus terus tersenyum, dan jangan menangis apapun yang terjadi.”

 

“Aku akan terus tersenyum, seperti keinginanmu.” Kyuhyun menunjukkan senyumannya, namun ia tidak bisa berhenti menangis.

 

“Aku punya sesuatu untukmu, tapi kau hanya boleh mengambilnya ketika aku sudah tertidur.” Salah satu jari Hye Hee terangkat di dalam genggaman Kyuhyun, mengarah kepada salah satu laci di samping tempat tidurnya. “Aku menyimpannya di sana. Anggap saja hadiah pernikahan dariku.”

 

Kyuhyun mengikuti arah jari Hye Hee, dan mengangguk mengerti.

 

“Aku benar-benar lelah, aku akan tidur dengan baik.” Mata Hye Hee menutup dengan berat, namun senyumannya masih terus terkembang.

 

Kyuhyun menahan suaranya agar tangisan pilunya tidak meledak keluar. Namun tetap saja, suara tangisannya tidak bisa ia kontrol, ia tetap menangis dengan kencang.

 

“Kyuhyun-ah…”

 

Suara lemah itu kembali menyambangi pendengarannya, Hye Hee membuka lagi matanya. Kyuhyun mendekat dengan semangat pada Hye Hee.

“Iya sayang.” Genggaman tangan Kyuhyun semakin erat.

 

“Aku mencintaimu.” Bisik Hye Hee sangat pelan tepat di telinga Kyuhyun dan berakhir dengan gadis itu menutupkan matanya untuk selamanya.

 

“Aku juga mencintaimu, selamanya.” Kyuhyun balas berbisik di telinga Hye Hee. Lalu ia kembali menangis. Setidaknya untuk saat ini biarkan ia menangis, karena di masa depan seperti permintaan gadis itu ia tidak akan menangis apapun yang terjadi.

 

Pria itu menangis dengan pilu, hingga siapapun yang mendengar tangisannya akan mampu merasakan betapa sakit yang di derita pria itu karena kehilangan sebagian jiwanya.

Kyuhyun menyeka kasar air matanya. Ia berdiri, membungkuk di hadapan Hye Hee. Kyuhyun mencium dahi gadis itu dengan penuh cinta, dan berakhir dengan ciuman di bibir dingin gadis itu.

 

 

 

***

 

 

 

 

A Year Later.

 

 

Embusan angin musim panas menerbangkan rambut hitam pria yang sedang duduk di salah satu kursi taman. Pria itu menunggu seseorang yang belum juga datang. Tidak terasa musim panas sudah kembali lagi. Matahari bersinar terik, pepohanan bergerak-gerak karena tiupan angin, dan awan putih beriringan menghiasi langit.

 

“Sudah lama menunggu?”

 

Pria itu menolehkan wajahnya ke arah kanan, dimana sebuah suara menyapanya. Melihat wajah gadis itu membuat ia terseyum dengan sendirinya. “Sekitar sepuluh menit.” Jawabnya setelah melihat jam tangannya.

 

“Maaf.” Ujar gadis itu penuh sesal.

 

“Di maafkan.” Pria itu tersenyum semakin lebar. “Kau cantik sekali hari ini, aku suka dengan gaunmu.” Puji pria itu tulus.

 

“Benarkah?” Tanya gadis itu memastikan.

 

“Eum… aku sangat kalau kau memakai gaun bermotif daun ini. Kau terlihat segar.”

 

Mata Hye Hee turun ke arah gaunnya yang bermotif dedaunan hijau kecil yang menutupi seluruh warna dasar gaunnya. Ia merasa senang, karena Kyuhyun menyukai gaunnya.

 

“Kau terlihat sangat baik, wajahmu merona kembali.” Jemari Kyuhyun bergerak lembut di wajah Hye Hee. Sudah setahun, gadis itu kini berbeda dengan gadis yang berbaring di rumah sakit setahun yang lalu.

 

Hye Hee sekarang sehat, tubuhnya kembali seperti sebelum ia sakit, dan rambut indahnya sudah tumbuh dengan lebat hingga sebatas punggungnya.

 

“Semakin hari aku semakin sehat.” Ujar gadis itu berbinar. “Bagaimana denganmu, kau sehat ‘kan?”

 

“Aku akan selalu sehat, seperti janjiku padamu.” Kyuhyun terus membelai wajah gadis itu, menikmati rasa hangat kulit gadis itu.

 

“Hye Hee-ya…” panggil Kyuhyun.

 

“Iya…?” Mata bulat gadis itu menatap Kyuhyun.

 

“Sebentar lagi aku akan jadi ayah.”

 

“Benarkah?” Hye Hee berteriak histeris.

 

Kyuhyun mengangguk tersenyum senang dengan antusia gadis itu. “Bayi perempuan, dokter memperkirakan kelahirannya bulan depan.”

 

“Dia harus jadi bayi perempuan yang cantik.” Seru Hye Hee girang.

 

“Ya, dia akan cantik sepertimu.” Dahi Kyuhyun berkerut masam, sedikit rasa sedih menghinggapi hatinya.

 

“Bukankah aku sudah bilang, jangan pernah mengerutkan dahimu.” Telunjuk Hye Hee mengarah cepat pada dahi Kyuhyun yang berkerut, menekannya lembut. “Kau akan tua sebelum waktunya.”

 

“Maaf aku lupa.” Gumam Kyuhyun menyesal.

 

“Di maafkan.” Gadis itu tersenyum panjang.

 

Tangan Kyuhyun bergerak membelai rambut Hye Hee. Terakhir kali bertemu, ia tidak bisa melakukannya, karena gadis itu kehilanga seluruh rambutnya. “Aku akan memberinya nama Hye Hee.” Kyuhyun bergumam. “Cho Hye Hee.”

 

Hye Hee terperangah.

 

“Kau keberatan aku menggunakan namamu untuknya?”

 

Dengan cepat gadis itu menggeleng. “Cho Hye Hee.” Ia mengeja nama itu lambat. “Nama yang indah.”

 

“Ya, seindah dirimu.” Kyuhyun mengecup dahi Hye Hee, dan menahannya sangat lama. “Dia juga akan menjadi seorang balerina yang hebat sepertimu.”

 

“Nanti kalau dia sudah besar, kau harus mengenalkannya padaku.” Kata Hye Hee. “Dan katakan padanya, aku akan selalu menyapanya melalui mimpi.”

 

“Pasti, aku pasti akan mengenalkan kalian.” Sejak awal Kyuhyun sudah berniat tidak ingin menangis, namun saat ini entah kenapa rasanya dadanya sesak, dan ia ingin menangis.”Shin Hye Hee dan Cho Hye Hee. Pasti menyenangkan.”

 

“Jangan menangis.” Hye Hee mengecup bibir Kyuhyun. “Kau tidak melupakan apa yang aku katakan di dalam hadiahmu ‘kan?”

 

Kyuhyun mengangguk, ia mengeluarkan lipatan kertas yang sudah usang dari dalam saku jasnya.  “Aku selalu membawanya kemanapun aku pergi,agar aku tidak lupa keinginanmu.”

 

Hye Hee mengambil kertas itu dari tangan Kyuhyun, “mulai sekarang kau tidak lagi memerlukan ini.” Ia meletakkan kertas itu di atas kursi di antara mereka. “Sebentar lagi seorang Cho Hye Hee akan lahir, dia yang akan menjadi pengingatmu untuk selalu bahagia.”

 

“Kau akan selalu datang menemuinya ‘kan?” Tanya Kyuhyun.

 

Kepala Hye Hee mengangguk pelan. “Aku akan selalu hadir di mimpinya, menyapanya dan mengecupnya dengan seluruh cintaku.”

 

“Terimakasih selalu ada denganku.” Kyuhyun menepuk tumpuan kedua tangan Hye Hee yang ada di dalam genggamannya.

 

“Kau adalah keberuntungaku, aku akan selalu ada bersamamu, dimanapun kau berada.”

 

“Dan Cho Hye Hee akan menjadi keberuntunganku.” Sahut Kyuhyun yang di sambut Hye Hee dengan anggukan semangat.

 

Hye Hee menyandarkan kepalanya ke bahu Kyuhyun. Meskipun mentari bersinar terik, mereka tidak merasakannya. Waktu ini adalah waktu yang mereka nantikan. Pertemuan satu tahun saat Hye Hee menutupkan matanya untuk selama-lamanya.

“Ini terakhir kalinya aku menemuimu di dalam mimpi.” Hye Hee bergumam pelan. “Untuk selanjutnya aku hanya akan datang sesekali untuk melihat keadaanmu, dan menyapa Hye Hee ketika ia lahir.”

 

“Kenapa begitu?” Suara Kyuhyun berat menahan tangis.

 

“Kita sudah berbeda Kyuhyun-ah.” Hye Hee menarik kepalanya dari bahu Kyuhyun, menarik wajah pria itu agar  menatapnya. “Dunia kita berbeda, dan kita tidak bisa selamanya bersama. Kalau aku terus mengunjungimu, kau tidak akan pernah bisa melepaskanku.”

 

“Tapi aku tidak bisa.” Kyuhyun menangis, ia tidak bisa melepaskan lagi gadis itu. “Aku tidak ingin kita berpisah lagi.”

 

“Untuk saat ini kita memang harus berpisah.” Angin berhembus semakin kencang, meniupkan anak rambut Hye Hee. “Kau harus menyelesaikan tugasmu sebagai manusia, membahagiakan keluargamu, dan calon putrimu kelak.”

 

Kyuhyun menggeleng menolak.

 

“Aku akan selalu menunggumu di tempatku sampai kau datang.” Hye Hee menyentuh dada Kyuhyun. “Aku akan selalu ada di dalam dirimu, karena aku pernah menjadi bagian dari dirimu.”

 

“Seperti yang aku katakan di dalam suratku, ini hanya sementara sampai nanti Tuhan menyatukan kita kembali dalam kedamaiannya.” Ujar Hye Hee. Ia membelai kepala Kyuhyun, merasakan kelembutan rambut pria itu.

 

Kyuhyun hanya bisa menggeleng. Ia ingin menolak, namun ia juga sadar bahwa mereka benar-benar sudah berbeda. Kali ini mereka akan benar-benar berpisah untuk selamanya.

 

“Pejamkan matamu.” Ujar Hye Hee. “Aku ingin menciummu untuk yang terakhir kalinya.”

 

Segera Kyuhyun mengikuti perintah Hye Hee. Ia memejamkan matanya yang basah karena air mata.

Hye Hee mencium dahi pria itu, memberikan ciuman perpisahan yang hangat. Perlahan rasa ciuman itu menghilang dari dahi Kyuhyun, lalu benar-benar menghilang bersama embusan angin kencang.

 

Kelopak mata Kyuhyun terbuka, dan Hye Hee sudah tidak akan lagi di hadapannya. Menyisakan suara angin yang berembus kencang, dan gemerisik dedaunan.

 

“Aku mencintaimu, untuk selamanya.” Bisikan suara Hye Hee terdengar jelas di daun telinganya. Kyuhyun menggerakkan kepalanya mencari sosok gadis itu, namun tidak dapat ia temukan lagi.

 

Kali ini Hye Hee benar-benar pergi meninggalkannya, gadis itu meninggalkannya dengan sejuta cinta yang masih mengembang indah di dalam dadanya.

 

“Aku juga mencintaimu Shin Hye Hee, selamanya.” Gumam Kyuhyun dengan mata yang masih terpejam. Ia sudah kembali dari mimpinya. Mimpi indah sekaligus mimpi terburuknya. Air matanya terus mengalir merembes melalui hidungnya kemudian jatuh membasahi bantalnya.

 

Kyuhyun merogoh ke bawah bantal tidurnya, memastikan bahwa surat peninggalan Hye Hee masih ada di sana. Namun surat itu benar-benar hilang. Hye Hee benar-benar ingin pergi meninggalkannya, tanpa menyisakan sedikitpun kenangan padanya. Selain cinta yang akan terus tumbuh untuk gadis itu.

 

Jika di tanya apa kebahagian itu, maka aku akan menjawab kebahagianku itu adalah kau.

Setiap waktu yang kita lewati adalah kebahagianku.

Hingga di sisa kehidupanku yang singkat ini aku ingin menghabiskannya denganmu, kebahagiaanku.

 

Aku mencintaimu, tak perlu kau ragukan.

Namun untuk saat ini aku rasa kita harus terpisah.

Terpisah oleh jarak yang tak mampu tertempuh oleh apapun, kecuali kematian.

Aku tidak pernah ingin berpisah denganmu,  namun perbedaan ini membuat kita harus terpisah sampai kau menyelesaikan janji kehidupanmu sebagai manusia.

Janjiku sebagai manusia akan segera berakhir, sementara kau memiliki kesempatan yang lebih panjang.

 

Raihlah kebahagianmu dengan kesempatan yang bisa kau nikmati.

Wujudkan mimpimu, memiliki kehidupan yang bahagia dengan keluargamu.

Tak  perlu menangisi perpisahan ini, karena itu hanya akan membuat aku semakin tersiksa, karena aku tidak akan bisa menghapus setiap tetesan air matamu.

 

Setiap teriakan suara hatiku, hanya akan mengatakan bahwa aku mencintaimu, bahwa aku bahagia bersamamu.

Aku bersumpah bahwa hanya saat bersamamu aku merasakan kebahagiaan. Setiap pertengkaran, perdebatan, perjalanan, senyuman, sentuhan serta ciuman adalah kebahagiaanku.

Terimakasih sudah menggenggam tanganku melewati perjalanan waktu.

Rasanya begitu mudah ketika kau sudah mengenggam tanganku.

 

Selamat tinggal cintaku.

Selamat tinggal keberuntunganku.

Aku menunggumu di akhir masa, di mana cinta tidak lagi mampu di pisahkan oleh apapun.

 

Shin Hye Hee

 

 

 

***FIN***

Gimana nguras emosi gak bacanya? muehehehe

cerita baru, karakternya mereka juga kita buat baru, dengan jalan cerita yang sedikit lebih sedih. mencoba peruntungan buat cerita yang sedih, kali aja ada yang suka.

kali ini kita buat cerita yang rada galau, itupun kalau bisa buat kalian galau abis bacanya.

mari bergalau bersamaku, ini efek praktikal yang udah di depan mata,bawaannya galau terus hehehehe.

Ide cerita ini muncul di tengah-tengah nulis heartquake hehehehe ^^v

sedikit mau curhat ini, boleh lah ya 😀

Aku tahu beberapa dari kalian antusias nungguin heartquake, dan merasa kesel karena aku udh lama banget gak pos ff itu. nah itu udh jadi kesalahanku. untuk itu aku mohon maaf. saat ini aku sedang ngerjain ff itu kok, mau aku ketik sampai tamat, baru di post, takutnya kalau di post sebelum di ketik sampai tamat gak bisa aku selesain beneran tuh ff, soalnya tahun ini akan menjadi tahun yang sangat sibuk. #soksibukgitu

Nah yang mau di curhatin nih, ada beberapa dari kalian yang minta ff itu baik dari komentar di blog maupun di akun sosial pribadi milikku. aku gak keberatan kok, kalau kalian nanya ke aku, yang aku minta itu, gunakanlah bahasa yang sedikit lebih baik ketika meminta. aku juga manusia, masih bisa tersinggung. kemarin begitu blognya di buka udh ada yang komentar gak enak pas minta ff itu, nah gara2 itu hampir aku nutup lagi blognya, cuma ya aku berpikir positif lagi, kalau aku tutup hanya karena ulah satu orang, kasihan yang lainnya.

aku bukan tipe orang yang suka marah-marah. selama ini kalian main disini aku gak pernah komplein kalian mau komentar apa gak ya walaupun sebenarnya aku masih butuh komentar, apalagi masukan yang membangun 😀 dan aku gak pernah mempersulit kalian untuk membaca. jadi aku mohon  kerjasamanya, jadilah reader yang lebih sopan lagi, bukan cuma disini,di blog manapun kalian membaca.

ini bukan marah loh, cuma numpahin unek-unek. daripada aku simpen sendiri kan gak baik buat kerja jantungku hehehe 😀 lagian berbagi itu indah, termasuk berbagi unek-unek ahahaha

okelah segini aja curhatnya, mungkin lain kali kalau ada yang mau di curhatin aku bagi lagi ke kalian biar kalian bosan hehehe. oh iya buat yang komentarnya gak di balas sorry ya, kadang aku bacanya pas udah tengah malam gitu, jadi gak enak balasnya. kalau mau bertanya sesuatu yang butuh jawaban atau mau berteman you can contact me on twitter or fb with the same ID : Itietamma

dan big thanks for nova, udah buatin cover ff yang keren ini. aku tunggu cover keren lainnya kalau kamu ada waktu hehehe XD #gaktaudiri

Bow ^–^